terpana, menderita, apa mungkin imbas simalakama
memandangmu, menggerakkan tubuh
melantunkan kata dengan sebutan anda
masih terurai kibasan kerudungmu
sakit kau biarkan demi gengsi yang mengalahkan penilaian
mereka memang benar atau kita yang terlalu percaya
fatwa itu mendorongmu akan sebuah perpisahan
mendramatisir apa realita kebosananmu?
tiada pengampunan, bekas luka kian menampar
sorotan matamu, lembut bibirmu, dimanakah itu?
semoga bahagiah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!