ku buka pintu kegelapan jiwa terlarang
mengintip suatu arogan paksaan
termaterai bias hitam di atas kelabu
tulis saja sejenak tanpa logika pemberi
ku genggam erat pengalaman semu
meniti balikkan pengetahuan kalbu
anggap saja senandung merobek diri
terkuasai nafsu tiada henti
sejenak inginku menahannya
namun pemberontakan menghujam
tangisan dalam emosianal akan terdangkal
terpana, menderita, apa mungkin imbas simalakama
memandangmu, menggerakkan tubuh
melantunkan kata dengan sebutan anda
masih terurai kibasan kerudungmu
sakit kau biarkan demi gengsi yang mengalahkan penilaian
mereka memang benar atau kita yang terlalu percaya
fatwa itu mendorongmu akan sebuah perpisahan
mendramatisir apa realita kebosananmu?
tiada pengampunan, bekas luka kian menampar
sorotan matamu, lembut bibirmu, dimanakah itu?
semoga bahagiah
aku hanya menungguh senyuman menyapa
ilustrasi: www.lihat.co.id