Mohon tunggu...
Bagas Prabowo Adi
Bagas Prabowo Adi Mohon Tunggu... Penulis - Teologi | Pemuridan

Studying at Surakarta Christian University, Faculty of Theology | Instagram : @bagasprabowo

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Eskatologi (Doktrin Akhir Zaman)

29 November 2019   00:28 Diperbarui: 4 Februari 2021   22:48 3827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Pengertian Eskatologi

Banyak istilah atau sebutan di berikan pada bidang dogmatika ini. Yang paling umum di antaranya adalah de Novissisme atau Eschatology. Istilah "eskatologi" di dasarkan pada ayat-ayat Alkitab yang membicarakan tentang hari-hari terakhir (eschate hemerai) Yesaya 2 : 2, Mika 4 : 1 waktu terakhir (eschatos ton chronon) 1 Petrus 1 : 20 jam terakhir (eschate hora) 1 Yohanes 2 : 18. Pengertian Eskatologis menurut KBBI ialah  ajaran teologi mengenai akhir zaman seperti hari kiamat, kebangkitan segala manusia, dan surga.[1] Secara etimologi "Eskatologi" berasal dari bahasa Yunani : eskhatos yang berarti akhir zaman dan logia berarti ilmu, pengetahuan. Jadi eskatologi adalah pengetahuan akhir zaman. 

 

B.      Eskatologis Dalam Sejarah Kristen

Ada tiga periode dalam sejarah mengenai pemikiran eskatologis :

1.       Sejak jaman para rasul sampai awal abad kelima

Pada mulanya eskatologis kelihatan seolah-olah menjadi pusat penyusunan doktrin Kristen, sebab dalam dua abad yang pertama Chiliasme agak nampak terlihat walaupun memang tidak sejelas yang dipikirkan sebagian orang. Akan tetapi eskatologis tetap tidak berkembang pada periode ini.

 

2.       Sejak permulaan abad kelima sampai Reformasi

Pada periode ini Chiliasme makin lama makin dilupakan orang. Terutama di bawah pengaruh Origen dan Agustinus, pandangan anti-chiliastik menjadi dominan di dalam gereja. Ada satu kepercayaan umum tentang kehidupan di balik kematian, kedatangan Tuhan kembali, kabangkitan orang mati, penghakiman terakhir, kerajaan Allah yang mulia, tetapi hanya sedikit sekali refleksi mengenai hal-hal tersebut. Pemikiran mengenai kerajaan yang material dan temporal membuka jalan bagi pemikiran mengenai kehidupan kekal dan keselamatan di masa yang akan datang.

 

3.       Sejak jaman reformasi sampai sekarang

Pikiran reformasi terutama terpusat pada pengertian penerapan dan penerimaan keselamatan, dan berusaha mengembangkan eskatologis terutama dari sudut pandang ini. Banyak dari teolog Reformed menganggapnya sekedar sebagai bagian dari soteriologi, yang berkenaan dengan kemuliaan yang diberikan bagi orang percaya. Akibatnya, hanya sebagian dari eskatologis saja yang berkembang dan dipelajari. Rasionalisme abad 18 menganggap eskatologis hanyalah sekedar pengertian imoralitas tanpa warna, sekedar kemampuan jiwa untuk tetap bertahan setelah kematian. Teologi Liberal yang berkembang sama sekali menolak ajaran eskatologis dari Tuhan Yesus dan hanya menitikberatkan ajaran mereka atas etika yang disampaikanNya. Akibatnya Teologi Liberal tidak menganggap eskatologis sebagai sesuatu yang berharga. Sementara itu, Weiss dan Schweitser memperhatikan kenyataan bahwa ajaran eskatologis dari Tuhan Yesus jauh lebih penting dalam skema pemikiranNya dari pada maksud etis yang hendak disampaikanNya.[2]

 

C.      Dua Macam Eskatologis

1.       Eskatologis Umum

Eskatologi Umum membicarakan sejumlah rentetan peristiwa yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali dan akhir dunia ini, sebuah eskatologi yang menyangkut semua orang. Pembicaraan disini adalah Kedatangan Kristus, kebangkitan orang mati, penghakiman terakhir, keadaan terakhir dari orang saleh dan orang durhaka.

 

2.       Eskatologis Individual

Eskatologi Individual berbicara mengenai peristiwa-peristiwa akhir jaman dalam arti sempit. Yaitu yang hanya terbatas pada individu manusia itu sendiri. Kematian jasmani, kekekalan jiwa dan status antara akan dibicarakan dalam bagian ini.

 

BAB II

ESKATOLOGI UMUM

 

A.      Kedatangan Kristus Yang Kedua Kali

Menjelang akhir pelayanan Yesus di dunia, lebih dari satu kali Tuhan Yesus membicarakan kedatangannya yang kedua, Mat 24:30; 25:19; 31; 26:64; Yoh 1:11. Lebih dari itu, para rasul juga membicarakan berulang-ulang kali, Kis 3:20,21; Fil 3:20; 1 Tes 4:15,16; 2 Tes 1:7,10 Tit 2:13; Ibr 9:28. Sejumlah istilah dipakai untuk menunjukkan peristiwa besar ini diantaranya : apokalupsis (penyibakan), epiphanesia (penampakan, pernyataan) dan parousia (secara harafiah berarti kehadiran)

Terdapat doktrin yang berkembang mengenai kedatangan Yesus yang kedua. Pertama, para penganut dispensasionalisme yang menyatakan bahwa terdapat dua peristiwa yang terpisah tentang kedatangan Yesus yang kedua. Yang pertama adalah "parousia" (kehadiran Yesus itu sendiri), tetapi tidak Yesus tidak langsung turun ke bumi melainkan hanya di awan-awan yang dipandang sebagai peristiwa yang mendadak dan tidak dapat diduga, yang diikuti dengan pemuliaan orang-orang kudus. Yang kedua adalah adanya peristiwa kesengsaraan besar yang terjadi selama parousia yaitu peristiwa-peristiwa yang dapat di duga sebelumnya yang diikuti penghakiman terhadap bangsa-bangsa dan penetapan kerajaan. Tetapi doktrin ini tidaklah dijamin oleh Alkitab dan mengandung pengertian yang tidak Alkitabiah. Ada sebagian kelompok Premilenarian yang tidak setuju dengan doktrin tentang dua kali kedatangan Tuhan Yesus ini, dan mengatakan doktrin ini tidak ada dasarnya. Berdasarkan Alkitab harus senantiasa dipegang bahwa kedatangan kedua dari Tuhan Yesus adalah satu peristiwa tunggal.

Memang benar sebelum kedantanganNya yang kedua akan terjadi kesengsaraan besar dan peristiwa-peristiwa lain, tetapi hal itu bukanlah kesudahannya hal tersebut merupakan peringatan tentang kedatangan Yesus yang sebenarnya (Mat 24 : 4-6). Beberapa peristiwa besar yang akan mendahului kedatangan Tuhan Yesus yang kedua :

 

1.       Panggilan bagi orang kafir

2.       Pertobatan dari Pleroma Israel

3.       Kemurtadan besar dan kesengsaraan besar

4.       Datangnya Anti Kristus

5.       Tanda-tanda dan Keajaiban-keajaiban

 

Selanjutnya adalah "Parousia" atau kedatangan yang ke dua itu sendiri, dimana ada beberapahal yang perlu dipahami tentang bagaimana cara kedatanganNya yang ke dua ini. Antara lain sebagai berikut :

 

1.       Kedatangannya adalah kedatangan yang bersifat personal

Seperti yang telah di sampaikan dalam Kisah Rasul 1 :11 bahwa Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya dengan cara yang sama saat Ia terangkat ke Sorga.

 

2.       Kedatangan ini adalah kedatangan yang bersifat jasmani

Bahwa kedatangan Tuhan Yesus akan datang secara jasmani dapat kita lihat dalam ayat-ayat seperti Kis 1:11; 3:20,21; Ibr 9:28; Why 1:7. Tuhan akan datang dalam tubuh.

 

3.       Kedatangan ini akan merupakan kedatangan yang dapat dilihat.

Beberapa ayat yang menyatakan pernyataan ini ialah Mat 24:30; 26:64; Mrk 13:26; Luk 21:27; Kis 1:11

 

4.       Kedatangan itu akan sangat tiba-tiba

Meskipun Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kedatangan Tuhan akan diawali dengan sejumlah tanda, tetapi Alkitab juga mengajarkan bahwa kedatangan Tuhan Yesus itu akan sangat tiba-tiba, tidak dapat diduga dan akan mengejutkan banyak orang, Mat 24:37-44; 25:1-12; Mrk 13:33-37; 1 Tes 5:2,3.

 

 

5.       Kedatangan itu akan sangat mulia dan penuh kemenangan

Kedatangan Kristus yang kedua meskipun bersifat personal, jasmaniah dan kasat mata, tetapi akan berbeda dengan kedatanganNya yang pertama Ia tidak akan datang dalam kehinaan, tetapi dalam tubuh kemuliaan dan keagungan, Ibr 9:28. Awan-awan di langit akan menjadi keretaNya, Mat 24:30, para malaikat menyertaiNya, 2 Tes 1:7.

Dan Tujuan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua ini ialah dengan maksud membawa umatNya kepada jaman yang akan datang, kekekalan dari segala sesuatu dan ia akan melakukan hal ini dengan cara menetapkan dan melengkapi dua kejadian besar, yaitu kebangkitan orang mati dan penghakiman terakhir.

 

B.      Kebangkitan Orang Mati

Pandangan Premillenialisme berpendapat bahwa kebangkitan yang disebutkan dalam Why 20:4-6 kedua-duanya pada hakikatnya bersifat jasmani.[3] Kedua kebangkitan dalam Why 20:4-6 dapat dibedakan atas dasar orang-orang yang terlibat di dalamnya dan bukan atas dasar hakikat mereka seperti pandangan amillenialisme dan postmillenialisme.[4] Pandangan amillenialisme mengatakan bahwa Kebangkitan yang pertama bersifat rohani, sedangkan kebangkitan kedua mungkin bersifat jasmani atau rohani.[5] James A.Hughes yang berpandangan sama mengemukakan kedua kebangkitan itu pada hakikatnya sama. Kebangkitan yang pertama bersifat rohani, kenaikan jiwa ke surga. Kebangkitan kedua juga bersifat rohani, tetapi hal ini bersifat hipotesis.

Pandangan saya pribadi setuju dengan penafsiran pandangan premillenialisme secara harfiah, yaitu kebangkitan jasmani. Kata zsan dalam Why 20:4,5 menunjukkan arti kata yang sama. Maksud Wahyu 20:4,5 dengan kata zsan
harus diberikan penafsiran berdasarkan arti bahwa orang-orang Kristen yang mati demi Kristus dibangkitkan bersama Kristus.

Perjanjian Lama tidak memiliki pengertian yang lengkap tentang kebangkitan orang mati, meskipun begitu bukan berarti tidak ada sama sekali. Pengertian tentang kebangkitan orang mati hanya ada dalam kitab-kitab terakhir saja dan hanya disebutkan di beberapa mazmur dan amsal. Hal ini terlihat dalam ayat-ayat yang membicarakan tentang kelepasan dari sheol, Mzm 49:15; 73:24,25; Ams 23:14. Juga pernyataan Ayub yang menunjukkan kepercayaan mengenai kebangkitan (Ayb 19:25-27). Sebaliknya dalam Perjanjian Baru sebagaimana yang telah diketahui, Perjanjian Baru lebih banyak berbicara tentang kebangkitan orang mati. Walaupun orang Saduki menyangkal, Tuhan Yesus dengan tegas menunjukkan bahwa kebangkitan sudah dimengerti sejak Perjanjian Lama (Mat 22:23-33, band. Kel 3:6)

 

Natur dari kebangkitan yang dapat kita pahami adalah sebagai berikut :

1.       Kebangkitan adalah karya dari Allah Tritunggal

Dalam beberapa kasus kita hanya diberi tahu bahwa Allah membangkitkan orang mati, tanpa menyebutkan Pribadi tertentu secara khusus, Mat 22:29; 2 Kor 1:9;. Namun, secara lebih khusus, karya kebangkitan disebut merupakan karya Allah Putera, Yoh 5:21, 25,28,29; 6:3-40, 44,45; 1 Tes 4:16. Secara tidak langsung kebangkitan juga disebut sebagai karya Roh Kudus, Rm 8:11.

 

2.       Kebangkitan adalah kebangkitan secara jasmani atau fisik.

Alkitab dengan jelas mengajarkan kebangkitan tubuh. Kritus disebut sebagai buah sulung kebangkitan dalam 1 Kor 15:20-23 dan sebagai "yang sulung di antara mereka yang bangkit" dalam Kol 1:18; Why 1:5. Hal ini berarti bahwa kebangkitan umat Allah akan seperti kebangkitan Tuhan mereka.

 

3.       Kebangkitan itu terjadi atas orang benar maupun orang durhaka

Doktrin anihilasionisme dan doktrin imoralitas kondisional yang diajarkan oleh banyak teolog, menyangkal kebangkitan orang jahat dan mengajarkan orang jahat akan musnah. Sering dikatakan bahwa Alkitab tidak mengajarkan kebangkitan orang jahat, tetapi pandangan seperti itu jelas keliru, Dan 12:2; Yoh 5:28,29; Kis 24:15; Why 20:13-15. Kebangkitan orang benar dan durhaka sama dalam hal tubuh dan jiwa disatukan kembali. Namun, dalam hal orang benar kebangkitan akan menghasilkan satu hidup yang sempurna, sedangkan bagi orang durhaka kebangkitan adalah pelaksanaan hukuman mati, Yoh 5:28,29

 

C.      Penghakiman Terakhir

Doktrin mengenai penghakiman terakhir ini sejak awal Kekristenan selalu dikaitkan dengan doktrin kebangkitan orang mati. Pendapat umum mengatakan bahwa orang mati akan dibangkitkan, supaya mereka dapat dihakimi menurut perbuatan mereka ketika masih hidup. Doktrin ini telah termuat dalam Pengakuan Iman Rasuli : "Dan dari sana akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati".

Penghakiman terakhir yang dikatakan dalam Alkitab tidak dapat dianggap sebagai peristiwa spiritual yang tak nampak dan tanpa akhir seperti halnya dengan providensi Allah dalam sejarah. Tetapi hal ini juga bukan berarti kita menyangkal kenyataan adanya penghakiman providensial Allah dalam hidup tiap individu dan bangsa-bangsa, walaupun memang tidak selalu harus dipahami seperti itu. Alkitab mengajarkan kepada kita untuk menantikan penghakiman terakhir sebagai jawaban keputusan Allah dan penyingkiran segala ketidaksempurnaan masa sekarang, Mat 25:31-46; Yoh 5:27-29; Kis 25:24; Rm 2:5-11; Ibr 9:27; 10:27; 2.

Ada beberapa pandangan-pandangan yang keliru mengenai penghakiman terakhir :

 

1.       Penghakiman itu hanya bersifat sementara

Menurut  Schleiermacher dan banyak sarjana dari Jerman, pernyataan Alkitab mengenai penghakiman terakhir harus dipahami secara simbolis. Tentu saja pernyataan para sarjana Jerma itu tidak sesuai dengan perkataan Alkitab yang tegas bahwa penghakiman terakhir itu adalah sebuah penghakiman yang resmi, umum dan merupakan keputusan akhir.

 

2.       Penghakiman itu bukan suatu peristiwa tunggal

Premilenialis modern membicarakan adanya tiga kali penghakiman. Mereka membedakan (a) sebuah penghakiman orang kudus yang dibangkitkan dan masih hidup pada saat parousia, tujuannya untuk menunjukkan kebaikan orang kudus, memberi pahala sesuai kerja mereka, dan memberikan tempat yang sesuai dalam kerajaan seribu tahun. (b) Penghakiman ketika Kristus menampakkan diri (hari Tuhan) segera setelah masa kesengsaraan besar. (c) sebuah penghakiman di depan takhta putih untuk orang durhaka yang mati, yang disebut dalam Why 20:11-15. Alkitab selalu mengatakan bahwa penghakiman terakhir itu adalah sebuah peristiwa tunggal. Alkitab mengajarkan kepada kita untuk menantikan bukan hari-hari melainkan hari penghakiman, Yoh 5:28,29; Kis 17:31; 2 Ptr 3:7, juga disebut sebagai "hari itu", Mat 7:22; 2 Tim 4:88 dan "hari kemurkaan dan pernyataan keadilan penghakiman Allah" Rm 2:5. Lebih dari itu, ada ayat-ayat dalam Alkitab yang membuktikan bahwa orang benar dan orang durhaka akan dihakimi bersamaan yang kemudian memberikan pemisahaan selama-lamanya, Mat 7:22,23; 25:31-46; Rm 2:5-7; Why 11:18; 20:11-15.

 

3.       Penghakiman terakhir itu tidak penting

Sebagian orang menganggap bahwa penghakiman terakhir itu sama sekali tidak perlu, sebab akhir hidup setiap manusia ditentukan pada saat kematian mereka. Jika seseorang mati dalam Tuhan Yesus, maka ia selamat. Jika ia mati dalam dosanya, maka ia binasa. Pernyataan demikian membuat seolah penghakiman terakhir tidak penting. Kepastian akan adanya penghakiman terakhir itu tidak tergantung pada konsep kita tentang perlu atau tidaknya penghakiman itu. Allah jelas mengajarkan kepada kita melalui FirmanNya, bahwa akan terjadi penghakiman terakhir dan penghakiman itu akan menyelesaikan semua persoalan yang disebutkan dalam Alkitab sebagai standar akhir dari iman.

Meskipun waktu penghakiman tidak dapat kita tentukan dengan mutlak, kita dapat mengatakannya secara relatif. Relatif disini adalah relatif terhadap peristiwa eskatologi. Penghakiman itu akan terjadi pada akhir dunia ini sebab penghakiman itu akan diberikan kepada seluruh hidup manusia.

Standar yang dipakai untuk menghakimi orang kudus dan orang berdosa adalah kehendak Allah yang diwahyukan. Standar ini tidak sama untuk semua orang.

 

 

D.      Keadaan Terakhir

Penghakiman terakhir bersifat menentukan dan oleh karenanya membawa kita kepada keadaan terakhir yang muncul dihadapan kursi pengadilan. Keadaan ini bisa berupa berkat kekal maupun kesengsaraan kekal.

 

1.       Keadaan Terakhir Bagi Orang Durhaka

a)  Tempat penyiksaan

Alkitab mengajarkan bahwa orang durhaka masih akan berlanjut eksistensinya dan dalam keadaan terakhirnya  setelah penghakiman terakhir orang durhaka akan ditempatkan dalam tempat yang kita sebut sebagai "neraka"

 

b)  Keadaan dimana mereka akan melanjutkan eksistensinya

Bagi orang durhaka hukuman kekal adalah keadaan yang akan didapatkan kelak. Secara pasti kita dapat berkata bahwa hukuman ini akan berupa : (a) tidak adanya kehadiran Allah sama sekali; (b) kesengsaran dalam hidup yang tidak ada akhirnya; (c) kesakitan dan penderitaan yang dialamitubuh maupun jiwa; dan (d) hukuman lain seperti penderitaan hati nurani, kesedihan, kesengsaraan, tangisan, kertakan gigi, Mat 8:12; 13:50; Mrk 9:43,44,47,48; Luk 16:23,28.

 

c)  Lamanya hukuman itu

Hukuman itu bersifat kekal karena dinyatakan juga bahwa kebahagiaan orang benar itu kekal. Jika hukuman itu tidak kekal maka demikian kebahagiaan orang benar juga tidak kekal.

 

2.       Keadaan Terakhir Bagi Orang Benar

a)  Ciptaan Baru

Keadaan akhir bagi orang percaya akan didahului dengan lenyapnya dunia yang sekarang dan berganti dengan munculnya ciptaan baru. Mat 19:28 menyebutkan sebagai "kelahiran baru" dan Kis 3 :21 menyebutkan "pemulihan segala sesuatu".

 

b)  Tempat kediaman orang benar

Alkitab memberi kita alasan untuk percaya bahwa orang benar bukan saja mewarisi surga, tetapi juga mewarisi seluruh ciptaan yang baru, Mat 5:5; Why 21:1-3.

 

c)  Natur dari pahala mereka

Pahala bagi orang benar disebut sebagai hidup yang kekal, yaitu bukan saja sekedar hidup tanpa akhir, tetapi juga hidup dalam segala kepenuhannya, Rm 2:7. Mereka melihat Allah di dalam Tuhan Yesus, muka dengan muka, merasakan kepuasan penuh bersama Dia, memuliakan dan memuji Dia.

 

BAB III

ESKATOLOGI INDIVIDUAL

 

A.      Kematian Jasmani

     Menurut Alkitab kematian jasmani adalah berhentinya hidup secara secara jasmani melalui terpisahnya tubuh dan jiwa. Kematian jasmani tak pernah berarti kemusnakan walaupun sebagian sekte menyebut kematian orang durhaka sebagai kemusnahan. Kematian bukanlah akhir dari eksistensi, tetapi berubahnya hubungan-hubungan natural dalam hidup.[6]

 

 Dalam kaitan antara dosa dan kematian Pelagian dan Socinian mengajarkan bahwa manusia diciptakan sebagai mahkluk yang dapat mati bukan sekedar berarti bahwa mereka bisa mati, tetapi juga berarti bahwa ia sesungguhnya (dalam kaitan dengan penciptaan dirinya) ada di bawah hukum kematian dan nantinya dia pasti mati. Warburton dan Laidlaw mengemukakan pendapat bahwa Adam sesungguhnya diciptakan sebagai mahkluk yang dapat mati, yaitu di bawah hukum kehancuran dan kerusakan, tetapi hukum itu baru berlaku hanya setelah ia jatuh dalam dosa. Dosa Adam tidak membawa perubahan pada keberadaan konstitusionalnya, tetapi di bawah keputusan hukuman Allah, ia tetap berada di bawah hukum kematian dan ia terampas dari anugerah imoralitas yang seharusnya bisa dimilikinya tanpa mengalami kematian.

 

Alkitab mengatakan tentang kematian jasmani sebagai hukuman, sebagai "upah dosa". Tetapi karena orang percaya dibenarkan dan tidak lagi berada di bawah kewajiban untuk membayar apa-apa, maka sekarang timbul pertanyaan : Mengapa orang percaya juga harus mati? Bagi mereka, kematian merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari sebagai akibat dari dosa turunan yang diwarisi dari Adam. Namun, kematian jasmani bukan menjadi kesedihan bagi mereka karena kelak orang benar akan mendapatkan tubuh baru pada saat kebangkitan daging, sama seperti yang telah diungkapkan oleh Rasul Paulus bahwa baginya mati adalah keuntungan.

 

 

B.      Imoralitas Jiwa

Di dalam bagian yang sebelumnya disebutkan bahwa keterpisahan antara tubuh dan jiwa dan menandai akhir eksistensi jasmaniah kita sekarang ini. Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana dengan jiwa kita? Apakah jiwa itu masih tetap ada ataukah jiwa itu juga kehilangan eksistensinya?

 

Dalam Perjanjian Lama terutama dalam Kitab Pentateukh tidak mengajarkan tentang imoralitas. Ajaran mengenai imoralitas lebih banyak dijelaskan dalam Perjanjian Baru. Tetapi kenyataan seperti ini tidak berarti bahwa pengertian tentang imoralitas jiwa ini tidak ada sama sekali dalam Perjanjian Lama. Kita tahu bahwa wahyu Allah dalam Alkitan bersifat progresif, makin lama makin meningkat dan makin jelas. Karena itu masuk akal jika doktrin imoralitas jiwa dalam pengertian hidup kekal yang penuh berkat hanya mungkin diungkapkan sesudah kebangkitan Tuhan Yesus. Sedikit bukti tentang pemahaman imoralitas jiwa ini dapat ditemukan dalam Mzm 16:10; 49:14,15 tentang kesadaran terhadap orang mati yang turun ke dalam sheol, dalam peringatan-peringatan terhadap orang yang memanggil roh orang mati, yaitu orang-orang yang mampu memanggil roh orang mati, Im 19:31; 20:27; Ul 18:11; Yes 8:19.

 

Dalam Perjanjian Baru, setelah Kristus membawa hidup dan imoralitas menjadi sesuatu menjadi nyata, bukti-bukti tentangnya menjadi semakin jelas. Ayat-ayat yang berisi tentang hal ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

 

1.       Tentang kemenangan jiwa

Jiwa orang percaya akan menang dapat dilihat dalam Mat 10:28; Luk 23:43; Yoh 11:25; 14:3; 2 Kor 5:1; Mat 11:21-244; 12:41.

 

2.       Tentang kebangkitan orang mati dimana tubuh juga mempunyai bagian dalam kemuliaan yang akan datang.

Kita dapat melihat dalam Luk 20:35,36; Yoh 5:25-29; 1 Kor 15:1 dan ayat-ayat lain.

 

 

3.       Tentang berkat kehidupan bagi orang percaya dalam persekutuan dengan Tuhan.

Kenyataan tentang imoralitas orang percaya adalah sebuah hidup yang mulia, suatu buah yang pebuh dari kehidupan yang ditanamkan dalam jiwa ketika masih di dunia. Dapat kita lihat dalam Mat 13:43; 25:34; Rm 2:7,10; 1 Kor 15:49; Flp 3:21.

 

C.      Status Antara

Penting bagi kita untuk memperhatikan tentang status antara sebab selama seperempat abad terakhir ini beberapa teolog Reformed beranggapan bahwa orang percaya setelah meninggal dunia masuk ke dalam tempat antara dan tetap tinggal di sana sampai pada hari kebangkitan. Doktrin mengenai status antara ini masih menjadi diskusi diantara Bapa Gereja.

Gereja Kristen abad mula-mula hanya sedikit memikirkan status antara. Pengertian bahwa Tuhan Yesus akan segera datang kembali untuk menghakimi semua orang menjadikan masa antara ini tidak terlalu konsekuen. Persoalan mulai timbul ketika Tuhan Yesus tidak juga segera datang. Persoalannya terletak pada bagaimana menghubungkan pengadilan individual  dan pemberian imbalan pada saat kematian dengan penghakiman umum dan pemberian imbalan setelah kebangkitan kembali. Terlalu menganggap penting yang pertama berarti merugikan yang kedua, dan begitu pula sebaliknya. Tidak ada keseragaman di antara para Bapa Gereja tetapi sebagian besar dari antara mereka berusaha mengatasi kesulitan ini dengan mengasumsikan status antara berbeda antara kematian dan kebangkitan.

Dalam aliran Alexandria pemahaman mengenai status antara berubah menjadi suatu pemurnian jiwa langkah demi langkah, dan pandangan ini membawa mereka pada pengertian sebagaimana doktrin purgatory yang dikemukakan oleh Roma Katolik. Pada Abad Pertengahan, doktrin tentang status antara tetap dibicarakan dan dalam kaitan dengan hal ini Roma Katolik mengembangkan doktrin mengenai purgatori. Mereka mengatakan bahwa neraka segera menerima jiwa orang durhaka, tetapi hanya jiwa orang benar saja, yaitu mereka yang bebas dari setiap kecemaran dosa, segera diterima memasuki surga dan menikmati Visio Dei. Mereka perlu dimurnikan melalui api penyucian di dalam purgatori untuk masa yang singkat atau lama, sebanyak derajat dosa yang harus di murnikan. Pemikiran lain yang dikembangkan tentang status antara ini adalah tentang Limbus Patrum di mana orang kudus Perjanjian Lama ditahan sampai kebangkitan Kristus dan Limbus Infantrum yang merupakan tempat penampungan bagi jiwa dari anak-anak yang belum dibaptiskan, tanpa melihat apakah orang tua mereka Kristen atau bukan. Menurut Roma Katolik anak-anak yang tidak dibaptiskan tidak dapat masuk surga (Yoh 3:5).

Di antara kelompok Socinian dan Anababtis ada sebagian yang membangkitkan kembali doktrin lama yang dipegang oleh sebagian orang pada jaman gereja mula-mula. Mereka mengatakan bahwa jiwa manusia tertidur sejak mereka mati sampai pada masa kebangkitan.

KEPUSTAKAAN

Alkitab. Alkitab Terjemahan Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2002

Berkhof, Louis, Teologi Sistematika Volume 6: Doktrin Akhir Jaman. Jakarta: Lembaga
Reformed Injili Indonesia,1997

Erickson, Millard J., Pandangan Kontemporer Dalam Eskatologi. Malang:SAAT, 2009.

https://www.kbbi.web.id/eskatologi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun