Â
Â
B. Â Â Â Imoralitas Jiwa
Di dalam bagian yang sebelumnya disebutkan bahwa keterpisahan antara tubuh dan jiwa dan menandai akhir eksistensi jasmaniah kita sekarang ini. Sekarang timbul pertanyaan, bagaimana dengan jiwa kita? Apakah jiwa itu masih tetap ada ataukah jiwa itu juga kehilangan eksistensinya?
Â
Dalam Perjanjian Lama terutama dalam Kitab Pentateukh tidak mengajarkan tentang imoralitas. Ajaran mengenai imoralitas lebih banyak dijelaskan dalam Perjanjian Baru. Tetapi kenyataan seperti ini tidak berarti bahwa pengertian tentang imoralitas jiwa ini tidak ada sama sekali dalam Perjanjian Lama. Kita tahu bahwa wahyu Allah dalam Alkitan bersifat progresif, makin lama makin meningkat dan makin jelas. Karena itu masuk akal jika doktrin imoralitas jiwa dalam pengertian hidup kekal yang penuh berkat hanya mungkin diungkapkan sesudah kebangkitan Tuhan Yesus. Sedikit bukti tentang pemahaman imoralitas jiwa ini dapat ditemukan dalam Mzm 16:10; 49:14,15 tentang kesadaran terhadap orang mati yang turun ke dalam sheol, dalam peringatan-peringatan terhadap orang yang memanggil roh orang mati, yaitu orang-orang yang mampu memanggil roh orang mati, Im 19:31; 20:27; Ul 18:11; Yes 8:19.
Â
Dalam Perjanjian Baru, setelah Kristus membawa hidup dan imoralitas menjadi sesuatu menjadi nyata, bukti-bukti tentangnya menjadi semakin jelas. Ayat-ayat yang berisi tentang hal ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Â
1. Â Â Â Tentang kemenangan jiwa
Jiwa orang percaya akan menang dapat dilihat dalam Mat 10:28; Luk 23:43; Yoh 11:25; 14:3; 2 Kor 5:1; Mat 11:21-244; 12:41.