Mohon tunggu...
Herman Wahyudhi
Herman Wahyudhi Mohon Tunggu... Insinyur - PNS, Traveller, Numismatik, dan Pelahap Bermacam Buku

Semakin banyak tahu semakin tahu bahwa banyak yang kita tidak tahu. Terus belajar, belajar, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kerokan "Is The Best"

5 Mei 2018   03:33 Diperbarui: 5 Mei 2018   03:43 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kerokan (gambar: medan.tribunnews.com)

Kerokan harus dilakukan dengan benar,  yakni ditarik lurus ke bawah  di sisi kiri kanan ruas tulang belakang, kemudian digerser condong ke arah kiri dan kanan.   Banyak titik akunpuntur yang  dapat ditekan. 

Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof Dr dr Dididk Gunawan Tamtomo, PAK, MM, MKes, menyatakan bahwa kerokan dilakukan dengan benar, maka efeknya akan sangat baik.  Diperkirakan ada 360 titik akupuntur utama yang berhubungan dengan organ penting yang terdapat  pada tubuh kita.   Begutu halnya dengan bagian belakang tubuh, juga terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam tubuh (organ viscera).

"Kerokan itu tidak boleh dilakukan secara lurus, koin atau alat kerokannya harus digesekkan (ke kulit tubuh) secara miring.  Jadi hindari prinsip jalan tol (lurus terus), zig zag pun jangan.      Jangan seperti kebiasan anak muda yang malah kerokan bikin logo Superman, pemadangan, naga, bakan mewarnai merah seluruh kulit punggung,             

Tapi ada bagian tubuh yang terlarang untuk dikerok.  Yaitu leher bagian depan, karena di daerah tersebut  terdapat tulang-tulang rawan untuk pernapasan, ada saraf-saraf yang kalau dikerok akan merusak fungsinya.   Selain itu juga tidak dianjurkan setelah melakukan kerokan mandi dengan menggunakan air dingin. Posisi saat mengerok yang juga dianjurkan adalah miring 45 derajat.

Upaya peningkatan suhi du bagian belakang tubuh bisa berpedoman pada hukum Einstein (E = mc2).  Energi atau panas dihasilkan dari gesekan dua benda.  Kalau permukaan kulit dikerok, suhu tubuh pun akan meningkat.   Panas yang cukup tinggi berefek melebarkan pembuluh darah dalam kulit.   Sebab itu aliran darah menjadi lebih lancer dan menimbulkan rasa nyaman.

Kompasianer sudah dikerok pakai benda apa?   Ada Deddy Corbuzier yang sudah dikerok pakai sendok (bukan sulap).   Atau masih setia dengan KPK (Kerokan Pakai Koin).   Tapi belum tentu dengan koin yang lebih besar, otomatis lebih enak.  Penulis sendiri lebih suka dengan koin tipis 100 rupiah emisi tahun..................

Malah sebagian orang mempercayai koin berfungsi untuk menarik roh jahat sehingga sakit keluar dari badan penderita. Entah benar atau tidak, roh jahat sering dianggap tertarik dengan uang (roh matre). Semakin merah dan gelap hasil kerokannya, semakin parah masuk anginnya.

Ada juga alat pijat dan kerokan yang sangat inovatif.   Biasanya dijual di dalam bus atau pedagang kaki lima.   Hanya 10.000 rupiah.   Alat ini memiliki 2 fungsi, ujung yang satu ada koinnya yang bisa digunakan untuk alat kerokan, sementara ujung yang lainnya bisa digunakan untuk alat pijat refleksi. Dengan gagangnya yag berbahan fiber, sehingga sangat kuat dan awet jika digunakan sebagai pegangan.

Kerokan atau yang aslinya juga berasal dari Cina daratan, dan telah tercatat dalam kitab kedokteran Tiongkok kuno. Yakni kitab Shang Han Lun bertarikh 220 sebelum Masehi sebagai terapi gua sha yang memiliki efek imunomodulasi

Sedangkan budaya kerokan di tanah air sudah berlangsung selama ratusan tahun.  Konon informasinya, raja-raja dan petinggi kerajaan di wilayah Nusantara banyak yang melakukan terapi ini untuk kesehatan.  Dikenal manjur dan murah untuk penyembuhan penyakit. Kerokan itu enaknya berdua.  Mana enak kalau kerokan sendiri, apalagi kalau mau kerok punggung.  Istilah kate nih, need two for tango.  

Bahkan ada yang nekat ber-KTB (Kerokan Tanpa Balsem).    Akibatnya, bukan mengobati malah tubuh jadi lecet-lecet.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun