Waibakul, ibukota Kabupaten Sumba Tengah. Uniknya, pagi berangkat ke Waibakul, sore  harinya kami kembali Waikabubak. Saban hari selama sepekan kami lakoni perjalanan antar dua kabupaten ini.
Pengalaman pertama. Bertugas diBukan tanpa alasan. Kota Waibakul memang belum memiliki hotel atau penginapan minimal sekelas melati apalagi kelas berbintang. Satu-satunya pilihan, kami menginap di Waikabubak, ibukota Kabupaten Sumba Barat.
Kami lakoni dengan penuh sukacita. Toh, jarak kedua kota ini tak terlalu jauh, sekitar 20-an kilometer. Waktu tempuh diperkirakan 15-20 menit, jika dalam kondisi sepi.
Saat tiba di Tambolaka, kami dijemput Polan dan teman sekantornya. Kami terbagi dalam dua mobil. Saya, Yanto dan Hen bergabung di mobil yang disetir Polan, PNS Pemda Sumba Tengah. Guido, Wilfrid dan Adyt di mobil yang lain.
Dua mobil berarakan menuju Waibakul. Panitia penyelenggara seleksi dan peserta sedang menunggu kami. Sesuai permintaan Kepala BKD Sumba Tengah, Ibu Mathilde K. Settu, kami harus memberikan pembekalan untuk peserta.
Dalam standar protap kami, pengarahan selalu dilakukan pada awal kegiatan. Bedanya, Sumba Timur meminta kami lakukan sehari sebelum kegiatan sehingga peserta memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri.
Itulah bedanya pengarahan dan pembekalan meskipun sama maknanya tetapi dalam konteks durasi waktunya berbeda. Pengarahan bisa saja dilakukan di awal kegiatan. Bisa jadi tiga puluh menit sebelum kegiatan. Sedangkan pembekalan dilakukan dalam jedah waktu yang agak panjang sehingga peserta memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri.
Dan, itu pertama kali kami lakukan di Sumba Tengah. Kiranya ini menjadi masukan positif untuk meningkatkan responsivitas terhadap kebutuhan user.
Usai pembekalan, kami balik ke hotel di Waingapu. Ini yang menarik. Perjalanan mungkin melelahkan tetapi dari sisi lain banyak hal yang diamati, dirasakan, dialami, yang dirangkaikan menjadi syair-syair "Antara Waikabubak dan Waibakul".
Antara Waikabubak dan Waibakul
Waikabubak bukan Kerawang
Waibakul bukan Bekasi
Terkenang perjalanan mengesankan
Dalam suasana HUT Kemerdekaan RI sepekan
Antara Waikabubak dan Waibakul
Tiada tulang-tulang berserakan
Tapi...
Kubur-kubur magis bikin badan merinding
Batu-batu pusara
Seolah bicara
Di sini, kami terbaring
Tubuh terurai
Menyatu dengan bumi
Antara Waikabubak dan Waibakul
Tiada padi menghijau
Apalagi bulir-bulir padi menguning
Jerami pun perlahan-lahan mengering
Musim panen t'ah usai
Kuda kerbau bersantai
Melahap jerami
Para petani sibuk menata lahan
Berganti musim tanam
Padi ke palawija
Sayur mayur dan lain sebagainya
Tapi...
Tak sedikit sawah-sawah terlantar
Menunggu jamahan musim hujan
Antara Waikabubak dan Waibakul
Kawasan hutan membentang
Tutupi bukit yang biasanya dilumuri sabana
Di sini
Kawasan ini
Lintas sembari  hirup hawa segar
Pepohonan semakin jarang
Tak seperti kawasan hutan tropis lainnya
Padat
Sulit ditembusi langkah
Entahlah
Mungkin ada tangan-tangan usil menjarah
Sebabkan pepohonan gugur satu per satu
Antara Waikabubak dan Waibakul
Lihati burung hinggapi sawah-sawah
Terbang menari
Seolah sambut kami
Kicauannya nyaring
Seolah sapa kami
Selamat datang di tanah Humba
Tapi hati risau
Burung-burung mulai terusik
Dengan ulahnya predator karnivora
Mereka tembaki  sekedar penuhi hasrat makan dagingnya
Daripada upaya melindunginya
Antara Waikabubak dan Waibakul
Kisah terpatri
Memenuhi ruang memori
Tentang Maramba dan hamba sahaya
Di sini masih membumi
Tapi katanya mulai terkikis
Karena perubahan jaman
Tapi...
Di kampung-kampung tradisi ini masih terjaga
Dari kisah-kisah yang mereka ceritakan
Antara Waikabubak dan Waibakul
Pada titik-titik tertentu
Satu atau dua  wanita mandi di senja hari
Tubuh setengah telanjang
Bahkan tanpa sehelai benang menutup aurat
Apakah porno aksi atau kebiasaan?
Atau keadaan?
Entahlah
Tak punya waktu untuk bertanya
Kepada siapa pula aku harus bertanya
Yang pasti mereka tak terusik
Bukan tak peduli!
Inilah tradisi yang [mungkin] masih terwarisi
Pemandangan ini hantarkan kami
Pada kesadaran diri
Pornoaksi bukan lagi pada apa yang dilihat
Melainkan pada apa yang dipikirkan
Antara Waikabubak dan Waibakul
Jejak langkah kami
Menggubahnya  menjadi jejak kata
Ditulis di Waikabubak
Pagi sebelum beranjak ke Kupang
21 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H