Mohon tunggu...
azzam abdullah
azzam abdullah Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Swasta

Lulusan Magister Manajemen yang sedang kerja di perusahaan swasta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunitas: Di Persimpangan Jalan

12 Agustus 2021   14:08 Diperbarui: 12 Agustus 2021   14:17 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luar biasa kalau kita bertemu dengan seorang individu yang dia berkenan membantu orang jompo, sibuk memberikan beasiswa pada mahasiswa, dan membuat kelompok belajar sekaligus. Seolah kita menyaksikan datangnya seorang juru selamat yang bisa melakukan apa saja. Lebih luar biasanya lagi kalau ternyata setiap postingan media sosialnya seolah senantiasa memberikan yang baik-baik. Tidak berlebihan jika akhirnya muncul sebah fans club yang menyanjung si manusia, bahkan menjadi teladan, mungkin bisa dibilang semacam itu.

Tetapi kadang kabar bubarnya komunitas yang membantu orang jompo, entah tiba-tiba beasiswa yang diberikan tidak ada kabarnya, atau kelompok belajar yang sudah tidak pernah belajar lagi, luput dari pandangan. Hanya nama besar si orang yang sekarang mungkin sudah duduk di parlemen, menjadi komisaris BUMN atau pejabat tinggi di daerah masing-masing yang tersisa. Hanya kalimat dulu dia pernah ini, pernah itu, pernah anu, pernah gini, dan seterusnya.

Pertama memang tidak ada salahnya hal semacam ini dilakukan. Toh memang sejatinya sifat komunitas ya semacam itu saja, kalau anggota-anggotanya sudah sama-sama mufakat untuk membubarkan, bubar sudah. Tidak perlu mengurus apapun ke notaris, meskipun memang ada paguyuban-paguyuban yang terdaftar juga di kementrian terkait. Tentu juga tiada beban social apapun, karena Ketika pun dicari sangat jarang ditemukan komunitas semacam ini yang memiliki kantor secretariat, atau bahkan struktur yang definitive.

Kedua memang Namanya kehidupan akan terus berjalan. Berbicara realistis-materialistis sangat tidak mungkin ada individu yang mau untuk terus memberikan bantuan kepada orang lain. Terutama jika yang bersangkutan bukan merupakan Lembaga social terdaftar. Hanya sekelompok orang yang pengen bantu orang lain saja misalkan. 

Bantuan tersalurkan, urusan kelar, hanya portofolio diri saja yang nambah. Ohya saya dulu pernah bikin komunitas A yang bantu tukang becak, sekarang sudah ndak ada lagi, tapi yasudah saya tulis saja co-founder komunitas A tahun 2016, dan seterusnya.

Maka memang realitas tengah dihadapi, oleh siapapun yang pernah bersinggungan dengan Namanya komunitas. Tidak ada keabadian selain nama harum si pendiri pada waktu itu dan mungkin di masa mendatang.

Bahkan kenyataan bahwa komunitas hobi umurnya bisa lebih Panjang dibandingkan dengan komunitas social sangat bisa dipahami. Karena hobi kuat kaitannya dengan kesenangan pribadi. Sedangkan komunitas adalah usaha-usaha kolektif menyenangkan orang lain dengan mengorbankan diri sendiri. 

Kalau misalkan Islam adalah agama otoriter, sangat mungkin kurban tidak dilaksanakan setahun sekali, tetapi setiap bulan. Tetapi Alhamdulillah, islam sendiri menganjurkan kurban hanya setahun sekali dan bagi yang mampu, karena islam tahu setiap orang ya butuh untuk menghidupi diri dan keluarganya,

Mungkin akan banyak yang tidak bersepakat Ketika saya sampaikan dalam opini ini bahwa komunitas digunuakan untuk memperbaiki branding pribadi. Tetapi saya yakin semua orang bersepakat, bahwa dengan nama kita terpampang menjadi seorang founder komunitas tertentu, branding diri kita akan semakin cemerlang.

Mahalnya Istiqomah 

Sebenarnya kalau mau jujur Indonesia ini penuh dengan Lembaga bonafide yang awalnya hanya sebuah komunitas. Tetapi yang membedakan adalah mereka-mereka yang dulu membuat komunitas semacam ini secara total memang menginginkan untuk terus memberikan yang terbaik bagi diri dan bagi lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun