Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Definisi dan Redefinisi Nilai-Nilai Kepahlawanan Masa Kini

10 November 2019   22:54 Diperbarui: 12 November 2019   00:12 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap aksi akan melahirkan reaksi yang setara dan setimpal: hukum universal inilah yang menjamin abadinya nilai universal yaitu kepahlawanan.

Sasaran perjuangan agen-agen ini adalah masalah yang melingkupi kehidupan masyarakat sekitarnya dan institusi yamg coba mengaburkan fakta itu dengan berbagai bentuk manipulasi. Jadi, agen mesti membentuk komunitasnya dan mampu, lewat definisi tindakan adilnya, menginspirasi banyak pihak untuk melakukan pembacaan atas kondisi mereka sendiri.

Belajar dari Immanuel Kant yang menegaskan perlunya desakan dalam memberikan perlawanan, agen keadilan ini mesti menghindari godaan institusi yang menjual nama keadilan yang berupaya merekrutnya untuk mendefinisikan ulang prinsip-prinsip keadilannya berdasarkan doktrin dan standar tertentu. Hal ini merupakan upaya pelemahan perjuangan dan pembunuhan karakter.

Definisi juang hanya berfungsi untuk menegaskan fokus perhatian namun tidak berupaya membatasi nilai-nilai unibersal yang coba diterapkan. Peradaban manusia merupakan suatu hal yang sulit diprediksi. Sehingga perjuangan kemerdekaan terhadap nilai kemanusiaan dan nilai keadilan tidak bisa dibatasi dan dihalangi begitu saja.

Social Justice Warrior, menimbang tesis-tesis di atas, patut masuk dalam kategori calon figur pahlawan masa kini menurut simpulan saya. Desakan dan kekerasan yang dibutuhkan oleh perjuangannya diperoleh lewat tindakan menyuarakan kondisi riil yang ditemuinya di sekitar.

Sasaran perjuangannya adalah menyingkap tabir-tabir yang selama ini dinarasikan sebagai sesuatu yang normal oleh pengambil kebijakan. Jika kritik Mbah Sodiman disampaikan lewat pohon dan Wiji Thukul lewat puisinya, Social Justice Warrior bisa memanfaatkan citizen journalism. Dengan membentuk jaringan dan komunitas bersama Social Justice Warrior lainnya, pendampingan dan konter-narasi bisa lebih diintensifkan untuk membendung narasi liar di luar sana.

Media sosial dan teknologi komunikasi menjadi senjata gerilya dari calon figur pahlawan ini. Dengan mengangkat sisi-sisi kehidupan yang luput dari perhatian publik, peluru-peluru wacana terus ditembakkan ke arena yang berpotensi menggiring opini publik terhadap doktrin keadilan dan kemanusiaan sempit dan anti dialog.

Layaknya Eduard Douwes Dekker alias Multatuli yang memberondong masyarakat global lewat narasi anti mainstream terhadap kebijakan kolonialisme Belanda lewat Novel Max Havelaar-nya, Social Justice Warrior juga punya kans untuk membawa wacana penderitaan masyarakat akan penjajahan atas pemenuhan kebutuhan hidup dasar mereka mengemuka ke perhatian publik.

Tentu, untuk memurnikan jalan perjuangan ke tujuan maksudnya, Social Justice Warrior perlu menjalani prosesi Hijrahnya sendiri. Dengan Hijrah ini, diharapkan mereka mampu mengembangkan kapasitas spiritual untuk melihat dunia tidak lagi dalam tatanan fisiknya namun memandangnya jauh melampaui tatanan kosmiknya.

Sebab nilai kemanusiaan dan nilai keadilan itu layak diperjuangkan. Social Justice Warrior yang mampu mengeluarkan yang terjajah dari penjara sikap acuh tak acuhnya dan memobilisasi mereka untuk berdiri dengan kesadarannya sendiri untuk berpartisipasi layak untuk disebut sebagai Pahlawan.

Tiap zaman membutuhkan pembaca yang mampu memberi interpretasi atas kondisi yang melingkupinya. Pembaca zaman yang tekun dan sabar atas pembacaannya akan mampu mewariskan definisi kepahlawanan yang sesuai dengan semangat zamannya namun abadi sebagai 'legenda' bagi para penerusnya.

"Saya hanya ingin berbuat kebaikan bagi sesama selama saya masih bisa."
- Mbah Sadiman dari Wonogiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun