Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Definisi dan Redefinisi Nilai-Nilai Kepahlawanan Masa Kini

10 November 2019   22:54 Diperbarui: 12 November 2019   00:12 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap aksi akan melahirkan reaksi yang setara dan setimpal: hukum universal inilah yang menjamin abadinya nilai universal yaitu kepahlawanan.

Institusi yang dibangun atas pondasi doktrin keadilan hanya akan mengejar standar dan memperbaharui definisinya tentang rumusan keadilan. Akibatnya, institusi itu lupa akan tugas utamanya mendukung serta melindungi agen-agen keadilan mendefinisikan tindakan mereka. Meski dengan sumber daya dan sokongan publik, institusi itu akan terus menemui kegagalannya.

Agen-agen keadilan seperti Muhammad SAW, Mohandes Gandhi, Wiji Thukul, dan Mbah Sadiman dari Wonogiri tidak pernah berpikir untuk mendefinisikan keadilan mereka lewat tindakan kekerasan. Namun mengapa orang yang membaca definisi kepahlawanan mereka sebagai sesuatu yang mesti didukung oleh publik lewat desakan dan kekerasan?

Mungkin publik sadar bahwa ide mereka terlampau suci untuk diemban oleh institusi ciptaan manusia itu sendiri. Sehingga, resistrnsi terhadap nilai-nilai keadilan yang mereka perjuangkan perlu menginspirasi sedikit desakan yang sifatnya koersif.

Kesabaran: Pupuk Yang Menyuburkan Kepahlawanan

Perjuangan terhadap keadilan lewat desakan dan kekerasan memang menegaskan perkara kemerdekaan. Namun,  yang menentukan kondisi itu adalah kesabaran yang dijalani para agen-agen keadilan. Seperti sarkas yang pernah disuarakan oleh Abraham Lincoln bahwa sejarah hanya akan mencatat tanggal dan melupakan darah yang ditumpahkan.

Demikian pula, hari ini sejarah mendiktekan kita kapan Teks Proklamasi dibacakan namun melupakan darah pejuang yang memungkinkan teks itu ditulis dengan tenang. Kita hanya merayakan hengkangnya Belanda dari Tanah Air kita dengan tidak memedulikan diplomasi yang dilakukan oleh Sutan Sjahrir. Kita pun hanya terbiasa mengeja nama pahlawan tanpa peduli membaca warisan definisi mereka tentang kemerdekaan.

Serangan Umum 1 Maret ke Yogyakarta memang menegaskan kemenangan rakyat Indonesia atas Belanda namun peristiwa itu hanya dimungkinkan dengan kesabaran Raden Soedirman melancarkan perang gerilya selama tujuh bulan lamanya. Hebatnya, dalam kondisi serba terbatas, beliau sanggup mengomando seluruh gerakan militer di tanah Jawa.

Kesabaran merupakan modal agen keadilan dalam menolak godaan institusi yang menawarkan doktrin keadilan. Institusi mengandaikan sebuah sistem dan tentu ada standar yang mengawasi sistem itu berjalan. Kungkungan itu bukan merupakan medan yang bersahabat bagi tindakan adil seorang pahlawan.

Ketika Rasulullah SAW memenangkah pengaruh di kota Makkah, beliau tidak pernah terpikir untuk membentuk satuan militer. Malah, untuk menghindari konflik, beliau memerintahkan sahabat untuk menempuh jalur Hijrah. Hijrah merupakan konsep pengasingan diri untuk menghindari konflik horisontal.

Dalam timbangan moral Kant, suatu perjuangan akan kebaikan dapat disebut adil jika tidak mengingkari hukum universal. Tentunya tindakan adil ini tidak mencederai tindakan adil orang lain dalam artian tindakan adil baik yang kita lakukan ataupun dilakukan oleh orang lain itu tetap sejalan dengan ketertiban umum.

Konsep Hijrah merupakan perjalanan untuk mengembangkan kapasitas spiritual. Konsep ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan simbol atau atribut pada fisik seseorang. Selain berfungsi untuk meluangkan waktu menguji nilai kemanusiaan dan nilai keadilan yang kita anut, Hijrah juga merupakan kesempatan untuk melakukan pembacaan terhadap prinsip keadilan pada setiap peristiwa yang kita dapati selama proses Hijrah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun