Transformasi logo itu bukan hal yang mudah bagi Bambang Pranoto. Nama Kutus-Kutus sudah melekat dalam dirinya sebagai penemu dan nama itu sudah dikenal oleh masyarakat luas.
“Tapi transformasi ini harus dilakukan,” tegasnya.
Inovasi Minyak Kutus-Kutus
Bambang Pranoto melanjutkan penjelasan menarik lainnya.
Suatu ketika ia mendengar ada percakapan pendek dalam sebuah wawancara. Mereka adalah petinggi negara. Dalam percakapan sebelum wawancara itu salah seorang hadirin menyapa kedua perempuan petinggi negara itu, apakah mereka memakai minyak Kutus-Kutus? Kedua petinggi negara itu bercanda spontan menjawab: “Ya nggak lah. Minyak Kutus-Kutus baunya seperti mbah-mbah!”
Ia menjelaskan, meski ia tidak menghadiri peristiwa tersebut tetapi candaan itu sampai ke telinganya. Kritikan melalui candaan dari petinggi negara itu tidak membuatnya tersinggung dan melangkah surut. Itu justru mendorongnya untuk melakukan langkah inovasi.
Inovasi minyak Kutus-Kutus yang dilakukannya adalah dengan menambahkan bahan-bahan alami dengan keharuman khas.
“Minyak Kutus-Kutus Aksara Bali yang baru ini memiliki aroma lavender,” jelasnya.
Di varian produk Kutus-Kutus yang lainnya, yakni minyak Tanami-Tanamu, ia menambahkan aroma harum bunga pudak dan kayu gaharu. Aroma bahan-bahan alami itu sangat khas. Bunga pudak biasa dipakai dalam upacara keagamaan di pura pura di Bali.
Inovasi yang dilakukannya itu mulai membuahkan hasil. Berbagai varian produk Kutus-Kutus Aksara Bali seperti sabun mandi, minyak balur, minyak Tanami-Tanamu, dll. mulai dikenal dan digemari masyarakat luas.
Tips buat enterpreneur muda
Saat ini dibawah panji Perusahaan Kutus-Kutus Group, selain minyak herbal terdapat berbagai unit bisnis antara lain berbagai villa, hotel, café, radio dan spa.