“Produksi Kutus-Kutus di masa Covid pernah mencapai 2 juta botol per-bulan dan omzetnya mencapai 570 milyar,” jelas Bambang Pranoto di Kutus-Kutus Property International BV Baambrugge, Nederland.
Ya, di Nederland. Dari hasil usaha minyak Kutus-Kutus itu, Bambang Pranowo kini memiliki 2 bangunan kastil di Baambrugge, sebuah desa asri di Provinsi Utrecht, berjarak 18 km dari kota Amsterdam. Kastil berupa gedung besar dengan halaman luas itu dijadikan kantor untuk Kutus-Kutus Property international BV, untuk melayani pemasaran berbagai produk Kutus-Kutus di wilayah Eropa.
Ini sebuah perkembangan usaha yang luar biasa.
Transformasi Logo Kutus-Kutus
“Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon akan semakin kencang anginnya,” ungkap Bambang Pranoto kemudian hati-hati. Itu terjadi pada produksi Kutus-Kutus. Di Indonesia produk Kutus-Kutus banyak dipalsukan orang.
“Kita pernah menghitung, orang yang menjual minyak Kutus-Kutus di Indonesia ada 380.000 lapak. Tapi 80% nya palsu. Dan mereka menjual produknya dengan harga sangat murah. Selain itu, hak paten merk Kutus-Kutus juga sudah didaftarkan orang. Itu membuat pemasaran minyak Kutus-Kutus menjadi kacau. Penjualan minyak Kutus-Kutus turun drastis,” ujarnya menyayangkan pemalsuan obat yang dilakukan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab itu.
Masalah itu tidak hanya terjadi di Indonesia. Ketika Kutus-Kutus coba ia daftarkan hak patennya di Eropa, ternyata juga sudah ada 5 pihak yang lebih dulu mendaftarkannya. Pihaknya telah mencoba berbagai upaya untuk masalah kepemilikan hak paten itu tapi tidak berhasil.
“Mereka malah bisa men take-down perusahaan kita kalau kita memakai nama Kutus-Kutus,” ujar Bambang menghawatirkan kondisi perusahaannya. Ia lalu menjelaskan bahwa masalah itu berlarut-larut mulai tahun 2013 sampai 2023. Menjadi masalah besar bagi perusahaannya yang memperkerjakan ratusan karyawan itu.
Untuk keluar dari masalah yang berlarut tersebut, Kutus-Kutus mentransfromasikan bentuk logo Kutus-Kutus ke dua buah bentuk logo yang berbeda. Logo yang satu berupa Kutus-Kutus Aksara Bali, dan yang satunya berupa logo Sanga-Sanga. Kedua logo merk itu sudah didaftarkan di Belanda.
“Sanga-Sanga dimaksudkan untuk pemasaran produk Kutus-Kutus di Eropa,” tambah Riva Effrianti, CEO Kutus-Kutus Group.
“Kalau sebelumnya Kutus-Kutus dituliskan dalam aksara latin, sekarang Kutus-Kutus dituliskan dalam Aksara Bali. Ini juga sesuai dengan anjuran pemerintah di Bali agar perusahaan-perusahaan di Bali memakai aksara Bali,” ujarnya.