Teori psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud memandang bahwa organisme manusia sebagai sistem kompleks. Tujuan dari psikoanalisis sendiri yaitu untuk membantu konseli membentuk kembali karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi hal yang disadari oleh konseli. Psikoanalisis dilakukan dengan mengingat kembali pengalaman konseli pada masa lampau, kemudian pengalaman tersebut ditata, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan untuk membentuk kembali struktur karakter konseli. Peran konselor dalam psikoanalisis ini sangat penting, dikarenakan konselor diharapkan dapat membantu konseli mencapai kesadaran diri dan cara untuk menghadapi kecemasan yang dirasakan oleh konseli.
Ada beberapa teknik dalam teori ini yang bertujuan untuk mengembangkan suasana bebas tekanan pada konseli, diantaranya adalah; asosiasi bebas, interpretasi, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transferensi. Dalam laporan ini analisis masalah menggunakan teknik asosiasi bebas. Asosiasi bebas merupakan sebuah teknik pengungkapan pengalaman masa lampau dan pengontrolan emosi-emosi konseli yang berkaitan dengan traumatik di masa lampau. Diharapkan setelah dilakukannya asosiasi bebas pada konseli, konseli dapat memperoleh pengetahuan mengenai pribadinya dan dapat mengembangkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Â
Juraman, S. R. (2017). Naluri Kekuasaan dalam Sigmund Freud. Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies), 1(3), 280--287. https://doi.org/10.25139/jsk.v1i3.367
Putri, A. (2016). Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konseli. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 1(1), 10. https://doi.org/10.26737/jbki.v1i1.99
. (n.d.). No Title.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H