1. Deskripsi Masalah
Nenek dari konseli memelihara kucing. Saat berusia 5 tahun, konseli bermain dengan kucing-kucing neneknya tersebut. Tiba-tiba terdapat kucing yang mendatangi konseli kemudian menyerang dan mencakar konseli hingga luka dan berdarah. Konseli menangis dan menceritakan pada neneknya, sejak saat itu konseli mulai trauma terhadap hewan tersebut.
Suatu waktu ketika konseli sedang menyapu halaman rumah, tiba-tiba ada kucing tetangga yang lepas dan mulai menghampiri konseli. Konseli kaget dan spontan melepas sapu dari genggaman tangannya. Lalu konseli berlari ke dalam rumah sembari berteriak. Mama dari konseli yang sedang memasak pun kaget dan bertanya kepada konseli apa yang terjadi. Konseli langsung bersembunyi di belakang mamanya dan berkata bahwa ada kucing tetangga yang menghampirinya.Â
Mamanya pun mengusir kucing tersebut. Tiba-tiba, papa dari konseli datang menghampiri karena kaget konseli berteriak dan bertanya apa yang terjadi. Konseli memberitahukan kepada papanya bahwa ada kucing tetangga. Respon yang tidak terduga dari papa konseli karena beliau langsung marah dan berkata bahwa trauma yang dialami konseli sudah terjadi sangat lama.Â
Lalu papanya mengambil kucing tersebut dan diarahkan kepada konseli seraya menyuruh untuk mengelus kepala kucing tersebut. Konseli pun memberanikan diri untuk mengelus kepala kucing, namun akhirnya dia berlari ke dalam kamar dan membanting pintu secara keras. Ia menangis dan membayangkan kejadian yang dialami ketika umurnya masih 5 tahun. Kemudian mama dari konseli menenangkan konseli dengan mengatakan bahwa "kucing itu tidak bakal mengganggu kita sebelum kita dulu yang mengganggu".
Suatu hari, konseli diajak oleh kedua orang tuanya menuju rumah saudara. Konseli mengetahui bahwa saudaranya ini memiliki 2 ekor kucing. Konseli menolak namun kedua orang tuanya tetap membujuk agar konseli ikut.Â
Akhirnya konseli memutuskan untuk ikut, namun di awal kedatangannya, dia tidak mau masuk terlebih dahulu dan mengatakan pada mamanya untuk menghendaki saudaranya memasukkan kucingnya ke dalam kandang. Setelah dimasukkan ke dalam kandang, baru konseli mau memasuki rumah saudaranya. Tiba-tiba, saudara konseli secara iseng mengeluarkan kucingnya dan mengarahkannya kepada konseli. Konseli langsung berlari ke arah mamanya dan mengadukan perbuatan saudaranya, konseli sempat menangis sebentar.Â
Konseli merasakan panik, takut, kaget. Namun akhirnya saudaranya pun meminta maaf kepada konseli setelah mama dari konseli memberitahukan bahwa konseli memiliki trauma dengan kucing sejak masa kecil. Konseli langsung meminta untuk pulang. Sesampainya di rumah, konseli menangis lagi sambil mengingat kejadian yang dialaminya barusan.
Setelah itu, konseli merasakan badannya lemas dan butuh untuk tidur. Saat tidur, konseli bermimpi dia bertemu dengan seekor kucing raksasa yang berniat jahat untuk mencakar konseli. Konseli terbangun, ketakutan dan akhirnya menangis. Kejadian tersebut mengakibatkan rasa trauma konseli bertambah.Â
Konseli merasa bingung harus bagaimana lagi karena di satu sisi dia sangat ingin mengelus kucing karena kucing lucu dan menggemaskan, namun di satu sisi dia hanya bisa melihat dari kejauhan. Sampai sekarang pun, ketika konseli didekati oleh kucing, konseli pasti akan langsung mengusirnya. Papa dari konseli selalu berusaha untuk mendekatkan konseli pada kucing, namun selalu gagal. Konseli sempat marah kepada papanya karena terus menerus memaksa untuk berani terhadap kucing walau konseli paham  maksud dari papanya baik. Walau semua orang mengatakan, 'kucing tidak sejahat yang kamu bayangkan', tetapi ketakutan konseli lebih besar. Ia selalu dihantui kejadian di masa kecilnya hingga beberapa kali sempat bermimpi. Ia ingin melupakannya namun tidak bisa.
2. Analisis Masalah