Mohon tunggu...
Annisa Nur Azra Syawalia
Annisa Nur Azra Syawalia Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual 18' ISI - Yogyakarta

halo aku ajet.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kantin sebagai Media Komunikasi Baru

27 November 2019   14:43 Diperbarui: 27 November 2019   18:31 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cover menikmati makanan dan informasi di kantin DKV (Ilustrasi: Ananda Abidhas Akbar & Mohammad Raihan) 

Gelas minum yang merupakan benda dari kantin DKV, memiliki fungsi tambahan sebagai media komunikasi (branding) (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gelas minum yang merupakan benda dari kantin DKV, memiliki fungsi tambahan sebagai media komunikasi (branding) (Sumber: Dokumen Pribadi)

Keberadaan unsur manusia dan benda (desain) di kantin ini memunculkan fungsi baru kantin, yaitu sebagai media periklanan dan komunikasi antara pengguna kantin. Hal ini merupakan salah satu unsur dari triadik Agus Sachari, yaitu sistem nilai.

Setelah dilakukan identifikasi masalah ini menggunakan triadik sosiologi Agus Sachari, maka bisa dilanjutkan untuk mengaitkan masalah ini ke triadik menurut Sumbo Tinarbuko. Pemeran utama dalam unsur sosiologi desain berdasarkan triadik ini adalah semua unsur yang sudah dijelaskan diatas, yaitu aspek manusia, benda, dan sistem nilai.

Anggapan mahasiswa bahwa kantin bisa menjadi tempat untuk mendapatkan info baru membuat orang juga berpikir ini juga dapat dijadikan tempat untuk menempelkan media komunikasi. Hal ini dikarenakan kantin memiliki kondisi dan lingkungan yang mendukung. Pernyataan ini didukung oleh teori Fandy Tjiptono, bahwa pemilihan lokasi untuk sebuah usaha adalah hal yang sangat krusial dan penting untuk kepentingan investasi yang memiliki tujuan strategis. Salah satunya agar pelanggan atau calon pelanggan mendapat akses yang mudah. Memilih lokasi untuk sebuah bisnis atau pemasaran dapat berakibat fatal bila meleset. Bisa jadi tidak menghasilkan apa-apa atau bahkan menyebabkan kerugian. Menurut Fandy Tjiptono, pemilihan lokasi membutuhkan pertimbangan detil akan beberapa faktor yang ada di sekitar lokasi tersebut.

Faktor pertama adalah akses. Kantin memiliki akses yang mudah karena berdekatan dengan gedung DKV dan tempat parkir. Sehingga selain prodi DKV pun sering berlalu lalang disekitar lokasi. Karena hal tersebut, secara visibilitas kemungkinan terlihatnya bangunan kantin sangat besar dan jelas karena bertempat di ruang terbuka. Berikutnya adalah traffic. Banyaknya orang yang lalu-lalang terutama saat jam makan siang membuat traffic di kantin ramai sehingga peluang dilihatnya media oleh banyak orang sangat besar. Selanjutnya adalah ekspansi, kantin DKV tersebut akan terus tersedia, kemungkinan berubahnya kantin hanya pada penambahan kursi dan meja. Modernisasi itu membuat kantin menjadi sebuah lingkungan yang tepat. Selain untuk media komunikasi, publikasi event atau acara, kantin juga  bisa digunakan sebagai tempat promosi yang dapat berbentuk sachet atau bahkan kontak dari luar. Contohnya pada awal tahun 2019 pihak kopi Tora Bika membuat promosi khusus di instansi pendidikan Yogyakarta, salah satunya di kantin DKV ISI Yogyakarta.

Modernisasi ini tentunya memiliki dampak negatif. Dampak negatif ini berupa munculnya sampah visual yang berupa media cetak yang ditempelkan sembarangan. Hal ini dapat mengurangi estetika ruang kantin DKV dan mengganggu pengunjung kantin. Pernyataan ini diperkuat dari hasil kuesioner, bahwa dari 50 orang ada beberapa yang mengaku terganggu atas sampah-sampah visual yang tersebar di kantin. Penempatan media komunikasi cetak yang sembarang merupakan pelanggaran terhadap sila ke-2 sampah visual yang dikemukakan oleh Komunitas Reresik Sampah Visual Yogyakarta. Berdasarkan bentuk kantin yang berada sebagai ruang terbuka hijau, maka tentu peletakan media cetak sembarangan telah melanggar sila ini.

Peletakan poster ini meskipun sembarangan, niat pemasang poster itu adalah mencari tempat yang strategis. Bila dikaitkan dengan strategi publikasi milik Fandy, maka kita harus mencari tempat dengan visibilitas yang baik. Sebenarnya, poster-poster ini diletakkan pada titik-titik yang memiliki kerumunan paling banyak di kantin. Seperti pintu masuk kantin dan tempat duduk yang dekat dengan jeruji. Jeruji ini dipandang pemasang poster sebagai dinding bebas yang bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan, seperti publikasi dan promosi mereka.

Keadaan pilar kantin DKV yang diramaikan poster-poster (Sumber: Dokumen Pribadi)
Keadaan pilar kantin DKV yang diramaikan poster-poster (Sumber: Dokumen Pribadi)

Sampah visual akan selalu ada karena kerumunan tidak dapat ditebak. Pembentukan kerumunan itu sendiri disebabkan oleh hubungan pribadi antara pengunjung kantin. Karena itu titik-titik yang disebutkan tadi menjadi titik potensial untuk mendapatkan audiens yang lebih banyak, tidak pasti namun peluangnya tinggi.

KESIMPULAN 

Kantin terbukti memiliki fungsi baru sebagai media komunikasi. Dengan adanya penambahan fungsi ini selain berdampak baik tentu memiliki dampak negatif juga. Bila terlalu banyak media komunikasi cetak yang ditempel secara serampangan akan menghasilkan sampah visual yang tentu mengganggu secara psikologis dan estetika. Sampah visual menjadi salah satu bukti adanya modernisasi. Kantin yang pada awalnya hanya terdapat sampah makanan, sekarang bertambah sampah visual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun