Disaat kritis itu. Detik-detik menjelang akhir umurnya,  Ordon menyesali seluruh perbuatan jahat yang  dilakukanya sepanjang hidup. Mengutil, menjambret,  merampok semua sudah pernah dilakukan. Entah sudah berapa nyawa melayang karena upahnya sedari muda.
Tuhan, kalau boleh, kalau kau beri kesemoatan sediikit waktu,  aku ingin bertobat,  aku bersumpah akan mengurus dirimu sampai mati. Biar orang-orang bisa memutuskan namamu disitu,  doa setengah keluh.  Penuh penyesalan dari. mulut Ordon sudah terbayang tubuhnya terburai darah muncrat Kemana-mana.  Saat semua orang  melayangkan senjata di tangannya ke tubuh babinya.
"Siap lempar semua, Satu,, dua, tiga!, "aba aba Kang Parno.  Semua orang mengikuti Komandonya. . Semua alat pembunuh dilayangjan sekeras-kerasnya ke tubuh Babi  ngepet yang sudah tidakl bisa berlari .pasrah menunggu Mati. Saat semua benda berat melayang.. .
Jlegeeer !
Duer!
Kilat menyambar, petir yang menyilaukan, Â mendahului. Jatuh dari langit dengan cepat, menghajar tubuh babi apes itu. Seketika tubuh itu hangus. Lalu terbakar dan menghilang dalam kabut. Â Bau daging terbakar.
Prang !
Gubrak!
Bruk!
Batu, balok kayu, parang,  golok,  sabit, pacul,  garu dan semua alat tani pembunuh itu,  jatuh berbenturan mengenai sasaran kosong. Tubuh babi ngepet itu hilang. Tanpa bekas. Semua menyangka bahwa upaya bersama mereka telaga berhasil membunuh sang babi. Semua bersorak senang. Apalagi Kan Patmo yang bangga berhasil memberantas babi ngepet pencuri  di bulan ramadan suci ini
***
Seekor babi jalan terseok, Â memasuki pekarangan Surau kayu panggung tua. Binatang itu kesakitan lelah dan takut, Â rapi tahu bahwa dia masih hidup. Entah dimana, entah bagaimana caranya Jadi manusia Lagi. Sedih luar biasa hatinya. Di ujung Ramadan, Â sudaj gagal mencuri uang. Gagal juga menjadi manusia lagi. . Mana ada babi merayakan lebaran, rutuknya. Â bersumpah serapah., mengutuk diri.
Karena haus. babi itu nelangkah mendekati pancuran air tempat berwudlu,  yang airnya  alami mengucur tanpa henti.
Grok !
Rok!
Batasnya tersengal, Â saat ia meminum air pancuran itu. Â Niatnya cuma satu. Minum dan bersuci. Disaat kritis itu, Ordon meminta ampun dan memohon diri, Â meminta diberikan tambahan jatah hidup sedikit waktu lagi. Ordon tobat. Sungguh tobat ,sangat menyesal dan tidak ingin mengulangi kelakuan buruknya lagi.
Air wudlu yang jatuh menetes mengenai tubuhnya. Amat menyegarkan. Menghilangkan semua kotoran yang menepel di pori porinya. Kulit tebalnya perlahan melembut menjadi kulit barunyang pernah dikenali dengan baik. Â Ordon senang berbasah ria, minum, Â mandi sepuasnya disitu.
"Nakmas mohon maaf,  tidak pantas telanjang di depan surau.walau maksud hendak bersuci. Hendaknya pakailah kain sarung ini, setidaknya. Agar auratmu tertutup.tidak baik. Malu..., "nasihat seorang kakek tua,  dengan badan bongkok,  sambil. Mengangsurkan kain sarung kotak kotak putih yang sudah butut. Ordo tertegun,  baru ia sadari bahwa saat itu  dirinya mewujud manusia lagi.