Kejaaar!
Hajaaaar!
Kepuuung jangan kasih kendor!
Segenap isi kampung riuh bangun, Â dini hari itu. Â Semua orang kesal karena menelang sahur, Â masih saja pencuri uang itu keliling mencari mangsa.
Ordon terengah-enagah, larinya terengah-enagh dalam kejaran tujuh penjuru mata angin. Segala kelincahan yang ia pelajari selama setahun ini, mencuri uang orang-orang kampung seberang seperti tidak ada gunanya. Ia sudha memacu keempat kakinya dengan jurus tercepat sepi angin, tetapi kemanapun tubuh hitam berbulunya mengarah, Â selalu jalan buntu.
Tidak cuma membawa batu , pendudu  kampung yang marah,  tapi ada golok,  kelewang,  arit,  pacul,  dan garu tajam mengancam keselamatannha  Bahkan mulai ada yang melembar timbak. Untung,  dia bisa menghindar dengan reflek babi liarnya. Tapi sampai kapan.
Srintil bangun!
Srintil bangun!
Jerit batinnya ketakutan, Â memanggil pasangan jiwanya yang baru. Kawan kumpul kebonya tiga bulan terakhir. Kembang desa yang berhasil. Dipelet dengan ilmu hitam buluh perindunya. Ordon kawatir Srintil ketiduran,, Â sehingga Lupa mematikan lilin yang mesti dijaganya, selama iOrfon bersalin rupa menjadi babi ngepet, Â mencuri uang orang orang Kampung 'Milyuner'yang baru dapat uang tiban mega proyek kemarin.
Dalam keadaan darurat,  seperti sekarang mestinya lilin segera ditiup mati, agar wujud babi itu bisa menghilang dari keadaan sulitsehingga Ordon bisa  pulang secara gaib. Lalu kembali mewujud manusia dihadapan Srintil sambil membawa uang banyak hasil curiannua. Lalu mereka merayakannya berdua tanpa jeda.  Pesta setan norak yang menjijikkan, antara babi jejadian dan manusia cantik, keblinger. .
Diluar dugaannya, Â Srintil yang biasanya siaga,menjaha lilin diatas tampah, kali ini sedang asyik tiktok-an, Â membuat video dengan irama berulang yang lucu, tapi tak kunjung jadi bagus koreografinya sehingga harus diulang kembali. . Perhatiannya pun teralihkan dari lilin yang berkerlip menyala besar Lain dari biasanyaitulah tanda dsrurat bahwa lelaki pujaannya harus diselamatkan. Srintil lupa. Celaka !
Orang-orang kampung yang murka sudah mengepung Seperti lingkaran. Semua membawa senjata tajam seadanya yang mereka temukan. Ada juga yang membaaa pentungan kayu. Bongkahan batu. Babi jelamaan itu hanya mendengus gelisah. Â Mendengking -dengking ketakutan. Dia tahu, Â inilah saat apesnya. Waktu ajalnya tiba.
Kang Patmo, orang yang paling perwira. Jago silat desa itu, Â cepat mengambil komando. "Stop, Â jangan terlalu maju, Â bahaya, berhenti, siap angkat senjata semua, Â Kepung jangan sampai. Lolos babi keparat ini!, " perintah lelaki bertubuh tegap itu, Â sambil bersiap, kuda-kuda melempar batu Besar ditangan kirinya. Ia kidal !
Semis orange pun berhenti, bersiap melemparkan senjata ditangan mereka, Â kearah babi naas itu. Â Dibalik kulit babi yang rapuh dan bau, Â Ordon mencelos hatinya. Dia tahu, Â ujung nyawanya, telah tiba. Penjahat tengik ini, Â baru ingat, Â bahwa malam ini adalah malam ramadan terakhir. Mestinya besok ia merayakannya bersama keluarga Srintil.
Disaat kritis itu. Detik-detik menjelang akhir umurnya,  Ordon menyesali seluruh perbuatan jahat yang  dilakukanya sepanjang hidup. Mengutil, menjambret,  merampok semua sudah pernah dilakukan. Entah sudah berapa nyawa melayang karena upahnya sedari muda.
Tuhan, kalau boleh, kalau kau beri kesemoatan sediikit waktu,  aku ingin bertobat,  aku bersumpah akan mengurus dirimu sampai mati. Biar orang-orang bisa memutuskan namamu disitu,  doa setengah keluh.  Penuh penyesalan dari. mulut Ordon sudah terbayang tubuhnya terburai darah muncrat Kemana-mana.  Saat semua orang  melayangkan senjata di tangannya ke tubuh babinya.
"Siap lempar semua, Satu,, dua, tiga!, "aba aba Kang Parno.  Semua orang mengikuti Komandonya. . Semua alat pembunuh dilayangjan sekeras-kerasnya ke tubuh Babi  ngepet yang sudah tidakl bisa berlari .pasrah menunggu Mati. Saat semua benda berat melayang.. .
Jlegeeer !
Duer!
Kilat menyambar, petir yang menyilaukan, Â mendahului. Jatuh dari langit dengan cepat, menghajar tubuh babi apes itu. Seketika tubuh itu hangus. Lalu terbakar dan menghilang dalam kabut. Â Bau daging terbakar.
Prang !
Gubrak!
Bruk!
Batu, balok kayu, parang,  golok,  sabit, pacul,  garu dan semua alat tani pembunuh itu,  jatuh berbenturan mengenai sasaran kosong. Tubuh babi ngepet itu hilang. Tanpa bekas. Semua menyangka bahwa upaya bersama mereka telaga berhasil membunuh sang babi. Semua bersorak senang. Apalagi Kan Patmo yang bangga berhasil memberantas babi ngepet pencuri  di bulan ramadan suci ini
***
Seekor babi jalan terseok, Â memasuki pekarangan Surau kayu panggung tua. Binatang itu kesakitan lelah dan takut, Â rapi tahu bahwa dia masih hidup. Entah dimana, entah bagaimana caranya Jadi manusia Lagi. Sedih luar biasa hatinya. Di ujung Ramadan, Â sudaj gagal mencuri uang. Gagal juga menjadi manusia lagi. . Mana ada babi merayakan lebaran, rutuknya. Â bersumpah serapah., mengutuk diri.
Karena haus. babi itu nelangkah mendekati pancuran air tempat berwudlu,  yang airnya  alami mengucur tanpa henti.
Grok !
Rok!
Batasnya tersengal, Â saat ia meminum air pancuran itu. Â Niatnya cuma satu. Minum dan bersuci. Disaat kritis itu, Ordon meminta ampun dan memohon diri, Â meminta diberikan tambahan jatah hidup sedikit waktu lagi. Ordon tobat. Sungguh tobat ,sangat menyesal dan tidak ingin mengulangi kelakuan buruknya lagi.
Air wudlu yang jatuh menetes mengenai tubuhnya. Amat menyegarkan. Menghilangkan semua kotoran yang menepel di pori porinya. Kulit tebalnya perlahan melembut menjadi kulit barunyang pernah dikenali dengan baik. Â Ordon senang berbasah ria, minum, Â mandi sepuasnya disitu.
"Nakmas mohon maaf,  tidak pantas telanjang di depan surau.walau maksud hendak bersuci. Hendaknya pakailah kain sarung ini, setidaknya. Agar auratmu tertutup.tidak baik. Malu..., "nasihat seorang kakek tua,  dengan badan bongkok,  sambil. Mengangsurkan kain sarung kotak kotak putih yang sudah butut. Ordo tertegun,  baru ia sadari bahwa saat itu  dirinya mewujud manusia lagi.
Ordon beryukur. permohonan tobatnya diterima oleh Tuhan yang maha pengasih, Â disaat paling kritis hidupnya. Srintil sudah dihaous dari ingatannya. Disadari, Â bahwa berharap pada manusia, Â apalagi setan babi pesugihan yang dipujanya selama ini tak ada gunanya. Hanya kepada Tuhan harapnya bertumpu sekarang ini. Â Lelaki bejat itu berserah tottal akan keselamatam hidupnya. Cepat Ia kenakan sarung yang diangsurkan lelaki tua berjubah itu, menutupi auratnya.
Setelah auratnya tertutup, Ordon bersyukur bahwa dia masih bisa hidup dan mewujud manusia lagi. "Tolong, Â urus surau ini ya, Â Nakmas, Â kakek mau pergi jauh..., "pinta kakek berwibawa itu sambil membuka jubahnya pelan pelan.
"Lho, kita baru ketemu,  sudah mau berpisah Kek, ada apa?, "Ordon terlongging-longgong tak mengerti. Kakek itu,  tersenyum arif. Hanya menepuk-nepuk bijak punggung Ordon yang telanjang basah. "Tugasku sudah selesai ,aku juga pernah meminta hal yang sama,  seperti yang tad iNakmas lakukan. Kakek sudah mengurus surau ini,  selama 300 tahun. Sekarang Kakek bebas tugas.Nakmas ini waktumu menjaga surau ini baik baik,  agar menjadi  tempat memuja nama Tuhan terbaik di tepi hutan Larangan ini,". Pesan kakek itu tandas,  sambil melepas jubah lusuh coklatnya kepada. Ordon,  karena kedinginan baju hangat itu langsung dipakainya dengan bahagia.
Ordon bwryukur masih diberi kesempatan  hidup Lagi Lukas Dia menjadi marbot,  tukang kebun surau kayu raouh itu. Saat Ordon sedang mematut diri dengan jubah pemberian sang Kakek. Tidak disadarii, tubuh sang lelaki tua itu perlahan berubah,  dari wujud manusia, menjadi babi berwarna Putih Kapas yang warnanya cerah memukau mata.
Ordon bingung, Â mencari sang Kakek yang tiba-tiba menghilang dari dekatnya. Di sudutmatanya.dilihatnya Ada babii Bewarna Putih yang berlari lincah memasuki hutan. sekejap binatang itu menghilang di kerimbunan hutan. Hanya suaranya yang tertinggal, amat keras juga jelas, Mwndebarkan hati.
Grok!
Grok!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H