Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

60 Hari Titis Aji Menghilang (Sari Kisah Nyata)

2 November 2020   15:33 Diperbarui: 20 November 2020   14:01 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

lir kumitir

Mambang

Kumbang lanang

Sira mabur angin njebat

Sira mlumpati gunung

Njegur nyilem

Menggelegak darahku, bergejolak batinku, gelap mataku. Bagaimana tidak, aku Pengusaha muda yang sedang di puncak jaya, saat ini harus terima nasib meringkuk di sel sempit 6 x 6 meter, bersama bromocorah, bandit dan pembunuh kambuhan.

Kemarin aku masih seorang pengusaha yang sedang nikmat nikmatnya berusaha. Bebas kemana saja,yang kutahu hanya menumpuk duit dan duit. Sekarang aku terperangkap dalam permainan seorang pejabat yang gila kuasa. aku dituduh pengusaha gelap tak berijin plus serangkaian fitnah palsu yang gila. Hukum sering tajam ke bawah, tumpul ke atas. 

Seperti petir di siang bolong, aku yang bebas tiba tiba di kerangkeng nyaris tanpa kemungkinan bebas, karena tuduhan berlapis.

Begitulah :

Macan kumbang ireng

Surem surem mlipir kenikir

Ucul pikir cul sukma cul joyo

Dadi dadi dari dadi weruh winarah

Kuulang ulang mantera pemberian buyutnya buyutku, lambaran mantera ini kuperkuat dengan mengurangi kenyangnya perutku. Aku puasa. Mulai dijebloskan penjara. Hari pertama kupikir sepekan saja, aku akan dibebaskan. Rupanya hukum di negeri kutilang ini, hanya berpihak pada yang kuat saja.

Meski aku tergolong penguasa kecamatan ternyata diatas langit masih ada langit lagi. Terus kuulang mantera itu, dalam keputusasaanku yang mendalam.

Hari ke 13 :

Sambil menahan lapar selama matahari terbit aku menuntut pada langit siang dan penguasa malam, aku menuntut pembebasanku dari penjara. Biar badanku ada dalam sel besi kotak tetapi jiwaku harus bisa.lepas bebas, apapun caranya.

Macan kumbang lanang

Ireng ireng wulune

Sir telisir sir sirna

Saka raga saka mata

terus kuulang mantera hitam itu, tidak ratusan kali,ribuan kali,mungkin jutaan kali. Makin hari tekadku makin kuat.  Lidah batinku lapar pembuktian.

Hari.ke 21.

***

Hari 40

Tak kuperdulikan.tubuhki yang makin kurus dan kumis, serta berewok yang tumbuh panjang tak beraturan. Pancaran mukaku panas, membuat kumpulan gali, penjahat yang satu sel denganku atau yang di sebelah sel ku jadi enggan menatap mataku. Malas berdebat dengan mulutku. Aku jadi pendiam. Mataku api menyala dan kata-kataku menusuk lebih tajam dari duri salak

Makin bertambah minggu, bertambah bulan badanku terasa ringan dan penuh enerji. Dingin, panas dan sepi tak kurasakan lagi. Aku mengadu kepada bumi, kepada langit. Aku protes, teriak sekuat kuatnya. Aku Titis Aji tak akan kalah dipermainkan nasib. Aku kuat, sekuat batu karang !.

Walaupun urusan hukumku tidak kunjung selesai, aku tak perduli aku terus menahan lapar, puasa dan merapal mantera hitam, ilmu kumbang mambang.

***

Hari Ke 57

Makin kurus dan.makin acak-acakn rambut dan bulu jenggot dan kumisku. Tapi batinku makin pemuh dendam dan amarah. Dari empat penjuru angin aku mulai bisa mendengar suara suara di kejauhan. Suara orang yang tawar menawar di pasar sebelah penjara. Suara kepala penjara yang menawanku tanpa ampun. Suara pelacur yang sedang melayani pelanggannya di gang buntu sebelah. Ah !

Terus kurapal mantera hitam itu sebagai pengganti sumpah serapah pada orang -orang yang memfitnahku. Memojokkanku  Dan memenjarakanku tanpa pasal dan tujuan  jelas. Aku tak perduli. Terus kurapal mantera kegelapan tanpa mengampuni diriku lagi. Lelah dan tidur tak.pernah.kuperdulikan lagi.

Tepat hari ke 60

Aneh, aku sudah tak merasa lapar lagi. Mantera pun sudah tak terdengat lagi, semua sudah menyatu dengan gerak lidah batinku. Menjelang tengah malam saat sel sepi. Mendadak aku terjerambab pulas tertidur tanpa kusadari.

Saat itu kusadari.kematian begitu dekat, tapi kelahiran kembaliku juga begitu dekat. Ruhku mendadak berubah rupa bukan jadi manusia lain tetapi menjelma macan kumbang hitam, lalu aku meraung begitu keras, geramanku teramat keras,menggetarkan tujuh penjuru angin. Lalu  Aku melesat dan melompat lepas ke atap tertinggi penjara dengam begitu mudahnya.

Lalu aku berlari.dengan kuat dan nekat melompati alun alun ke.pepohonan. tinggi meloncat ke gunung gunung yang ada.

Sekali lompat aku sampai di Gunung Slamet ketemu Eyang Ulun, tampangnya sangar, suaranya menggelegar, marah besar padaki.

'Siapa Kau kucing hitam kurang ajar,  berani menggangu tidurku, merusak pekaranganku. Kau pikir engkau siapa. Kepingin mati ditanganku ?", ancam penjaga Gua wingit Gunung Selamet.

Aku Titis Aji yang sedang menjadi siluman macan kumbang, bergidik, empat kakiku gemetar dan aku jatuh keras, bersimpuh memberi sembah. Karena.sikap hormatku yang baik, Eyang Ulun pun berangsur berubah ramah. Cerita duka laraku dizalimi sesama manusia pun kuceritakan panjang lebar. 

"Jadi kumbang Titis Aji yang malang, asal engkau tahu, orang yang memfitnahmu akan mengalami kesialan selama 31 bulan, dia akan merasakan deritamu di penjara.  Begitu engkau keluar dia masuk ditempatmu, Eyang jamin. lega  pikirmu ngger ?",tanya sesepuh gaib penjaga alas angker di ketinggian berkabut ini.

Setelah berbicang panjang tenyang ilmu hakekat dan tujuan hidup mulia. Aku disarankan untuk silaturahmi ke penjaga gaib gunung di pulau Jawa, Sindoro,Sumbing, Slamet, Galunggung,Merapi sampai Halimun.

Aku ikuti saran beliau, waktu manusia hanya semalam, tapi waktu di dunia peri perahyangan jauh lebih lambat, apalagi dengan kekuatan ilmu macan kumbangku. Sekali lompat aku bisa pindah dari gunung satu ke gunung lain. Setelah bertemu dengan sesepah gaib, dan mendapat tuturan nasehat rahasia kehidupan.

Aku mohon pamit dan meminta restu untuk hidup lebih jujur, baik, bermartabat. Saat aku mulai lelah bertualang di dunia.samar. Aku teringat pesan Eyang Ulun agar mengakhiri penjelajahanku di Rejenu, di Gunung Muria.

Sampailah aku di Rejenu, mata air tiga rasa, saat fajar mulai menyingsing. Disitu ada tiga telaga kecil dengan tiga rasa berbeda pahit, getir dan asam. Ada rasa haus batin menggunung pasir di kalbuku. Maka kuminum tiga genangan air melimpah yang tak pernah kering sampai hampir habis. Sungguh tidak masuk akal, sebagai macan kumbang meski cukup besar, perutku tak seberapa, sampai bisa menampung sesapan haus batinku, akan air penyuci keruh jiwaku.

Ada kesegatan luar biasa. Seisi pori tubuhhlu penuh oleh air suci. Nalarku jadi jernih lalu kantuk datang dengan hebat. Badan kumbang hitamku jatuh berdebum ke bumi. 

Titis Aji Mati. Titis Aji lama mati digondol macan kumbang hitam terliar, terbesar, terganas, paling menakutkan yang pernah.kukenal. 

Hening

Suci

Ning.

***

Brak !

"Titis Aji kamu bebas !", teriak supir penjara berkumis baplang meneriakku. Aku tergeragap bangun seperti bayi baru dilahirkan. Ternyata tuduhan berlapis yang ditimpakan ke.dada Titis Aji tidak terbukti ! . 

Terima kasih Gusti yang maha wenang. Sembah hormat Eyang Ulun dari Kumbang "Titis Aji" Hitam.

Bila bayi memangis

Aku tidak,

Titis Aji mengaum

Menggeram layaknya macan kumbang hitam lapar mangsa karena satu musim tak makan. Teriakan binatang amukku terdengar ke seluruh relung lantai penjara, semua penghuni merinding takut, menggigil jatuh nyali.

Termasuk sipir tergalak, kumisnya melepes, ngampleh, seperti handuk.basah. berbeda denganku, kumis bewok serabutan panjangku, berdiri tegak layaknya kumis macan kumbang, mata putihku menjadi kuning hitam. 

Dan seluruh penghuni penjara kaget dan.lemas dengkulnya, karena aku keluar dengan menggeram, mengaum dan berjalan tidak dengan dua kaki tapi merangkak layaknya kumbang sejati. Grrrrr !

Tuhan, ampuni aku !

Akhirnya Aku bisa  bebas resmi dari penjara besi ini tetapi sekarang aku terpenjara di tubuh hitam berbulu, dan ganas sekali ini, bagaimana aku bisa bebas. Kontrak gaib sudah.kuteken dengan darah merah dan putih tulangku.

Auuum !

Auuuuum !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun