Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

SOS Geger Kalong SOS!

29 Oktober 2020   00:05 Diperbarui: 29 Oktober 2020   10:35 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ular yang lebih besar menggigit dadaku. Sebelum bisanya keluar kucekik sampai mati mati. Akhirnya dia melemas tubuhnya. Kubanting bangkai ular besar itu ke aspal. Punah kesaktian dan nyawanya.

Setelah kupastikan kedua ular naga hitam itu mati, aku bergegas masuk mobil dan mencoba menyelesaikan misiku mencegah bencana longsor.

Ketika kunyalakan kembali mesin mobil dan lampu kabutnya. Kedua jasad ular besar itu berangsur mengecil dan berubah menjadi sepasang keris yang bersinar kebiruam dan ungu, tanpa warangkanya. Mulutku ternganga. Terkesima melihat pamor sepasang keris itu. Terbersit keinginan di hatiku memiliki sepasang keris itu. Kembali kubuka pintu mobil. Alu berniat mengambil kedua benda pusaka itu.

"Jangan ambil cucuku Angger Jati !", menggelegar suara Eyang Sapto Renggo memperingatkanku. Langkah kakiku terhenti, tepat dua depa dari dua keris yang tergeletak di tanah.

"Tuanku, Bagus Jati, ambilah kami, sepasang nogososro sabukswarna siap mengabdi pada tuanku, kami akan jadi sepasang pusaka  pinilih untuk kejayaan dan kemakmuran", pinta suara wanita lembut, menghipnotisku . 

Tanpa pikir panjang, kupungut kedua pusaka agung, terasa ada aliran enerji dasyat menyetrum tubuhku.tidak hanya itu sepasang tubuhku membiru. Menyala.

Saat aku masuk kembali ke mobil, dan meletakkan kedua pusaka di jok samping kemudi. Kudengar tanah beruntuhan, batu bergelundungan persis didepan mobil

 Huru hara longsor itu berkerjapan terjadi didepan  mobilku. Aku menyaksikan kembali, rayusan orang yang terpojok oleh longsor kecil, dengan cepat hilang dikubur tanah merah dari bukit Geger Kalong. Semua hilang tanpa sempat teriak minta tolong atau menyadari, gerangan apa yang menimpanya.

Jagad Dewa !

Aku hanya kembali bisa mendoakan mereka yang pupus takdir di depanku. Longsor dasyat itu masih berlangsung gemuruh dan meakutkan. 

Anehnya tak ada ketakutan di hatiku. Aku pasrah dan iklas. Bila saat itu nyawaku pun diambil sebagai bagian  darma penyelaras bagi semua karma buruk manusia manusia yang apes tertimpa longsor tanah Bukit Geger Kalong. Aku bersedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun