Bukan sekali atau bahkan berkali-kali
Kejadian ini berulang-ulang terjadi
Mungkin aku tuli atau bisa saja aku tak peduli
Namun tetap saja aku tak berarti
Berbeda bagiku bukanlah pilihan
Tapi ia adalah takdir tuhan
Membekali hamba-hambaNya dengan kelebihan dan kekurangan
Namun tetap saja ia adalah bagaikan ganjalan
Mereka seakan tutup mata
Sekejap saja tak mau meliriknya
Entah sengaja ataukah tidak suka
Namun tetap saja ia adalah penista
Kini aku mulai berpikir
Bahwa suatu hari aku pastikan menyingkir
Tak kan lagi bersedia sejarah terukir
Agar jiwa tak merasa terusir
Aku tak akan lagi peduli dalih perjuangan
Membangun istana harapan di tengah-tengah ketidakpastian
Jabat tangan, senyum sapa hanyalah bualan
Merendahkan, meragukan menjadi bahan pertimbangan
Aku tak kan lagi percaya kerabat
Tidak akan pernah lagi menyanjung sahabat
Cukup sudah aku dijadikan sebagai alat
Bagiku riuh tawa, gelak canda hanyalah pereda sepat
Duhai penguasa segala rasa
Izinkan hamba meraih asa
Menjejakkan cita menerangkan pelita
Tanpa menunggu rasa iba