Namun tetap saja ia adalah penista
Kini aku mulai berpikir
Bahwa suatu hari aku pastikan menyingkir
Tak kan lagi bersedia sejarah terukir
Agar jiwa tak merasa terusir
Aku tak akan lagi peduli dalih perjuangan
Membangun istana harapan di tengah-tengah ketidakpastian
Jabat tangan, senyum sapa hanyalah bualan
Merendahkan, meragukan menjadi bahan pertimbangan
Aku tak kan lagi percaya kerabat
Tidak akan pernah lagi menyanjung sahabat
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!