Tentunya, penggunaan kata AMIN sebagai nama orang dan AMIN dalam doa maupun shalat berbeda maknanya. Tidak mungkin sama maknanya. Lagi-lagi, meskipun cuman satu kata saja, yakni kata AMIN. Terlepas dari fakta bahwa satu kata kadang memiliki banyak makna. Kalau penggunaan kata AMIN sebagai nama bermakna terpercaya dan aman. Sementara penggunaan kata AMIN dalam doa dan shalat bermakna permohonan agar segala doa dan pinta dikabulkan oleh Allah SWT. Aneh bin ganjil rasanya jika makna keduanya terbalik. Misalnya, AMIN sebagai nama bermakna permohonan pengabulan doa, sementara AMIN dalam doa dan shalat bermakna terpercaya dan aman.
Perlu digarisbawahi dan dicatat dengan tinta tebal bahwa pola pembacaan kata AMIN ketiga itulah yang seringkali dibaca dan diucapkan oleh umat Islam dalam setiap doa dan munajatnya serta kurang lebih tujuh belas rakaat sehari semalam dilakukan dalam shalat lima waktu ketika selesai membaca surah al-fatihah. Artinya, meskipun kita tidak suka dan sepakat dengan pasangan AMIN misalnya, jangan sampai membuat kita tidak lagi berdoa dan shalat, lebih khususnya lagi tidak membaca AMIN dalam doa dan shalat. Apalagi karena sentimen dan phobia (akut) sampai-sampai membuat kita mengeluarkan fatwa haram membaca AMIN dalam doa dan shalat.
Kedua; AMIN sebagai nama orang. Penggunaan kata AMIN pada kategori dan konteks ini terbilang cukup familiar dalam kehidupan kita. Sebab, cukup banyak nama orang (khususnya dalam Islam) yang menggunakan kata "AMIN". Bukan saja di Indonesia, tetapi skala dunia juga cukup akrab menggunakan nama AMIN. Karena, memang nama AMIN termasuk salah satu nama yang menjadi habitus masyarakat muslim (dan sangat bisa saja masyarakat lainnya) dalam memberikan nama bagi anak-anaknya. Apalagi nama AMIN memiliki makna yang cukup bagus sebagai doa, asa dan sugesti moral dan spiritualitas orang tua dalam mengikhtiarkan masa depan anak-anaknya.
Skala dunia kita kenal ada seorang ulama genius dan tersohor berkebangsaan Mouritania Afrika yang bernama Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi, sang penulis kitab Tafsir Adwa' al-Bayan. Sementara di Indonesia, penggunaan nama AMIN tidak bisa dihitung jumlahnya. Wakil Presiden RI periode 2018-2019 juga ada nama Aminnya. Nama lengkapnya adalah Ma'aruf Amin. Tentu sosok Ma'ruf Amin tidak asing lagi dalam memori ingatan kolektif dan juga percakapan publik kita. Sebab, Amin ini adalah Wapres RI. Adalah aneh bin ganjil manakala kita tidak mengenal Wakil Presiden kita. Apalagi sebelum menjadi Wapres sosok Ma'aruf Amin juga cukup familiar bagi bangsa Indonesia.
Di kampung kami, Lamakera -- Flores Timur, termasuk cukup banyak orangtua memberikan nama anaknya dengan nama AMIN. Bahkan masyarakat Lamakera, khususnya tempo doloe (karena pemberian nama anak sekarang mengalami shifting yang luar biasa), memberikan nama anaknya dengan nama-nama Islam semua. Meskipun, masyarakat Lamakera terbilang sebagai masyarakat biasa-biasa saja. Salah satu teman bermain bola kami waktu kecil dulu bernama Amin, biasa dipanggil dengan nama Amin Kise. Salah satu junior kami di MTs Lamakera dan MAN 1 Talasalapang-Makassar serta salah satu organda juga namanya Amin, biasa dipanggil dengan nama Amin Jordy.
Ketiga; AMIN sebagai salah satu singkatan bagi pasangan Capres-Cawapres yang berlaga pada kontestasi Pemilu 2024. Kategori AMIN ini bukan hendak dikait-kaitkan dan dikawinkan secara paksa dengan singkatan AMIN yang digunakan oleh pasangan Anies-Muhaimin, akan tetapi memang karena pada kenyataannya memang nama AMIN ini digunakan juga oleh pasangan Anies-Muhaimin. Tentunya, penggunaan singkatan AMIN lahir belakangan bila dibandingkan dengan kategorisasi AMIN pada pembahasan sebelumnya. Sehingga, narasi seputar ini hanya sekedar mengkonstruksi fakta dan gagasan terkait kriteria ideal calon pemimpin bangsa Indonesia ke depannya.
Dengan kata lain, narasi seputar ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kecenderungan politik, apalagi hendak mengkampanyekan pasangan Capres-Cawapres tertentu. Tentunya, tidak dalam konteks itu. Meskipun, pembaca punya penafsiran dan kesimpulan tersendiri di dalamnya. Namun, pola pembacaan demikian dimaksudkan untuk memberikan perspective baru dalam memahami kata AMIN dalam horizon diskursus keilmuan yang agak lebih luas jangkauannya. Bahwa ternyata kata AMIN bukan semata kata yang digunakan sebagai identitas politik bagi salah satu pasangan Capres-cawapres yang hendak berlaga pada kontestasi Pemilu 2024.
AMIN sebagai Kriteria Ideal Calon Pemimpin Bangsa
Sebelumnya sudah dijelaskan hal ihwal terkait dengan penggunaan kata AMIN dalam kehidupan sehari-hari. Di sana disebutkan tiga bentuk penggunaan kata AMIN itu, mulai dari penggunaan kata AMIN sebagai bagian integral dari doktrin dan narasi teologis dalam Islam serta penggunaan AMIN sebagai nama orang hingga pada penggunaan AMIN sebagai singkatan bagi salah satu pasangan Capres-cawapres yang ikut berlaga pada kontestasi politik 2024. Namun, di sini akan dijelaskan aspek lain dari penggunaan kata AMIN itu sendiri. Di sini pula perlu diakui bahwa kata AMIN memiliki bentuk penggunaan yang banyak dalam pembendaharaan kosakata kita.
Aspek lain dimaksud adalah kata AMIN digunakan sebagai kriteria dan indikator ideal bagi calon pemimpin bangsa Indonesia ke depannya. Dengan kata lain, bukan kata AMIN sebagai singkatan bagi salah satu pasangan Capres-cawapres yang hendak berlaga pada kontestasi politik 2024. Memang sepintas lalu membaca judul tulisan dan lebih khusus lagi sub judul ini langsung terlintas bahwa AMIN yang dimaksud sebagai kriteria dan indikator ideal bagi calon pemimpin bangsa adalah AMIN yang menjadi salah satu pasangan Capres-cawapres itu. Meskipun sah-sah saja jika ada yang membacanya dari aspek tersebut. Namun, maksud yang diinginkan tidak demikian halnya.
Sehingga, nampak jelas aspek perbedaan antara masing-masing penggunaan kata AMIN. Di mana maksud kata AMIN pada sub pembahasan ini adalah kata AMIN sebagai singkatan dari beberapa point penting terkait kriteria dan indikator ideal bagi calon pemimpin bangsa. Tentunya, point-point penting dimaksud terpahami dan terhayati secara langsung dari masing-masing hurufnya dengan melakukan pembacaan elaboratif-kritis (objektif, rasional dan proporsional) terhadap teks pada satu sisi dan konteks pada sisi lainnya. Berikut ini akan dijelaskan point-point yang kriteria dan indikator ideal calon pemimpin bangsa dalam rumusan kata AMIN dimaksud, yaitu: