Sementara identitas wilayah teritorial adalah pulau Solor (kerajaan Lamakera dan Lohayon), pulau Adonara (kerajaan Lamahala dan Terong) dan pulau Lembata (kerajaan Labala). Bahkan ada identitas lainnya berupa hubungan genealogis dan emosionalitas di dalamnya. Karena, di antara kerajaan itu adalah kanan noo arin (bersaudara).
Semua kerajaan tersebut berada pada wilayah pesisir untuk tiap-tiap wilayah teritorialnya. Olehnya, kerajaan Solor ini lebih akrab dikenal-sebut dengan "Kerajaan Solor Watan Lema" (Kerajaan Solor Lima Pantai), mulai dari kerajaan Lamakera, kerajaan Lamahala, kerajaan Labala, kerajaan Lohayon dan kerajaan Terong.Â
Semua wilayah teritorial kerajaan ini benar-benar berada pada bibir pantai (watan). Meskipun, tidak menggunakan kata Islam dalam nama kerajaannya, namun masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa "Kerajaan Solor Watan Lema" adalah kerajaan Islam.
Dalam konteks demikian, kita menjadi tahu bahwa jangkauan penggunaan kata Solor sebagai kerajaan tidak hanya pada kerajaan yang berada pada pulau Solor semata. Akan tetapi, melebar dan meluas juga pada pulau-pulau lainnya yang berada di sekitar pulau Solor, mulai dari pulau Adonara hingga pulau Lembata.Â
Tentunya, hal demikian tidak terlepas dari upaya perluasan jejaring(an), konektivitas, relasi dan bisa saja pengaruh dan futuhat yang menjadi rancangan strategis masing-masing kerajaan Solor. Tentunya, terlepas dari unsur subyektivitas di dalamnya.
Hal ini tentunya menarik sekali jika dikembangkan lebih jauh lagi. Banyak catatan sejarah menunjukkan betapa dunia kerajaan adalah dunai "horor"; dunia yang tidak lepas dari pelbagai dinamika dan konflik di dalamnya. Selain itu, biasanya pula kerajaan, apalagi bersaudara, berkumpul pada satu wilayah saja. Sehingga, rentan pula terjadi dinamika dan konflik antara sesama raja.Â
Namun, hal demikian berbeda dalam kamus sejarah kerajaan Solor Watan Lema. Mereka semua tersebar pada lima titik, saling menjaga persatuan dan kesatuan, membangun koordinasi dan saling support di dalamnya. Makanya tidak ada ceritanya terjadi dinamika dan konflik di antara sesama kerajaan Islam Solor Watan Lema.
4. Wajah Solor Sebagai Bahasa
Wajah terakhir kata Solor ini diandaikan sebagai bahasa. Artinya, Solor juga digunakan untuk menyebutkan sebuah bahasa yang digunakan oleh komunitas masyarakat yang berada pada pulau Flores dan sekitarnya.Â
Sama dengan bahasa Kedang misalnya, kata Kedang di situ digunakan sebagai kata penjelas bahasa yang hendak digunakan. Entah bahasa Kedang tersebut bersumberkan pada bahasa kultural masyarakat Kedang itu sendiri atau hasil adaptasi dan asimilasi. Pun entah bahasa Kedang dimaksud hanya digunakan oleh masyarakat Kedang atau masyarakat luas.
Atau contoh bahasa Indonesia, misalnya. Penggunaan kata Indonesia pada bahasa Indonesia dimaksudkan bahwa bahasa yang digunakan tersebut adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa masyarakat Indonesia.Â