Sungguh luar biasa indah dan menakjubkan jika kita melihat potret kehidupan di Lamakera. Orang yang terkenal sebagai "kaum elit" sekali pun memiliki tingkat kesadaran akan karakter kelamakeraan teramat sangat tinggi dalam hal mengadabi masyarakat. Contoh paling kontrit adalah maja nana, opu, abah, kaka, wae, binne, icci dan seterusnya. Ini semua dilakukan, lagi-lagi, karena konsep a'da nawa begitu mengakar urat dalam diri sehingga sejauh mana pun perjalanan kita dengan capaian prestisius masing-masing, tetap ada kerinduan untuk kembali pulang dan saling mengingat dalam makna a'da nawa.
Selain itu, a'da nawa juga akan mengajak dan sekaligus menuntun kita untuk kembali melihat dan menengok ke dalam diri (masing-masing), menghapus jejak-jejak nalar kebencian yang beredar dan atau mengakar-urat dalam urat nadi manusia Lamakera ketika melihat dan menyikapi pelbagai hal. Hingga pada akhirnya tidak ada lagi alasan dan ceritanya sesama anak Lamakera saling hantam, gunting, sikat dan sikut karena perbedaan. Sehingga, potensi dan kesempatan untuk membangun kohesi sosial dan tenun persatuan dalam kerangka kolaborasi dan partisipasi aktif akan terbuka lebar bagi manusia Lamakera untuk sama-sama berjuang dan mewujudkan (masa depan) peradaban Lamakera.
Semoga Allah mengampuni dan merahmati para leluhur kita yang telah mewariskan sebuah konsep penting dalam berlamakera.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H