Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Ayyubi
Muhammad Irfan Ayyubi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Seorang bapak yang mengumpulkan kenangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Drupadi, Secangkir Kopi, dan Ego Lelaki

22 Desember 2022   15:54 Diperbarui: 30 Maret 2023   04:01 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lha iya, di dalam rumah tangga, seharusnya tak ada yang namanya ini kerjaan siapa ini kerjaan siapa. Kodratnya begini, kodratnya begitu. Sama-sama bisa bersih-bersih rumah, cuci baju, njemur, ngurus anak, masak dan sebagainya, kalau secangkir kopi saja tak mampu buat, bukankah aneh? Hal itu seringkali jadi problem ketika lelaki selalu merasa maunya dituruti oleh perempuan, dan bila tidak, maka terjadilah kekerasan domestik.

Hal ini dibuktikan dalam beberapa contoh nyata dalam berita-berita paling mutakhir. Misalnya, insiden seorang suami yang memukul istri di depan anaknya yang terjadi di Depok. Video kekerasan seorang suami terhadap istrinya tersebut sempat menjadi viral. Dikutip dari laman berita kompas.com bahwa kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Depok, AKBP Yogen Heroes Batu mengatakan, insiden pemukulan itu terjadi pada Sabtu (5/11/2022). Lebih lanjut kemudian AKBP Yogen menjelaskan masalah itu dipicu oleh hutang. Ketika itu, sang istri diajak makan tapi tak mau, karena akan diajak membicarakan perkara hutang yang telah menumpuk (Halim, 2022)

Fenomena di atas adalah contoh, betapa kekerasan-kerasan domestik yang masih sering terjadi pada masyarakat kita, adalah hal yang serius harus ditangani. Juga adanya berita di atas membuktikan bahwa harus ada urgensi untuk upaya untuk mengatasi kekerasan domestik tersebut.

Dalam melacak kekerasan domestik yang terjadi, Poerwandari dalam (Huriyani, 2008) Menyatakan bahwa, proses inkulturasi dalam rumah tangga yang dilakukan melalui proses pengasuhan anak, menjadi cara belajar peran jender yang paling efektif tentang bagaimana menjadi laki-laki dan bagaimana menjadi perempuan yang diizinkan oleh masyarakat.

Pola asuh dari orang tua dalam lingkungan keluarga, memang adalah hal yang tidak disadari membekas dalam kepribadian anak. Peran orang tua dalam hal ini menjadi begitu krusial dalam membangun manusia-manusia dan peradaban. Adanya tradisi kekerasan dalam rumah tangga yang kemudian semacam dosa warisan yang diwariskan turun temurun tersebut tentu amat berbahaya.

Sebegitu tidak mandirinya lelaki, sampai secangkir kopi jadi persoalan? Maaf saya sudah terbiasa mengumpat, maka ijinkanlah saya mengumpat, goblok betul! Bikinlah kopi sendiri anak manja!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun