Secangkir kopipun tak tersedia
Heladhalah. Lirik lagu itu yang secara sepihak dari sudut pandang lelaki begitu subjektip, kemudian entah bagaimana diamini sebagai alasan atau sekedar pembenaran atas keputusannya pulang malam mencari hiburan di luar rumah pada lirik selanjutnya pada bagian refrain,
Ku pulang malam karna tak tahan
Mencari hiburan di luar rumah
Salahkah aku, dosakah aku bila diriku tak lagi setia
Saya kemudian sambil tertawa-tawa bertanya pada istri saya, kemana perempuan itu setiap lelakinya pulang kerja ya? Kenapa tidak ada? Tidak dijelaskan lebih lanjut. Jangan-jangan mbabu di kampung sebelah atau (amit-amit) punya nasib diperjualbelikan juga? Apakah si istri tengah di rumah tetangga ngikut kerja, atau mburuh nyuci, atau apa saja dilakukan untuk nutupin tambelan utang di warung? Kok masih bisa-bisanya nuntun istri buatin kopi segala?
Asbab apa? Istri saya ikut manggut-manggut sebab memang tak dijelaskan pula mengapa si istri bisa dicitrakan sebagai,
Jangankan menemani dengan kemesraanmu
Bicara saja seakan tak mau
Komunikasi di dalam rumah tangga ini, tidak begitu jelas diuraikan. Apakah sudah pernah membahasnya berdua? Dari hati ke hati? Ajak ke mall? Atau healing-healing ke mana gitu, belikan baju, baru bicara hati ke hati. Itulah, lelaki mayoritas tidak punya kepala untuk berpikir, apa yang salah pada dirinya? Kalo perihal Bicara tak mau, apa yang terjadi dalam rumah tangga saya juga kadangkala terjadi. Saya sering dicemberutin saban pulang kerja, dan bisa jadi atau pasti ada yang problem, entah rumah berantakan atau piring belum dicuci semua, atau badannya capek berat habis kerja dan saya akan mulai ambil GPU buat mijit kakinya, atau yang seringkali terjadi, gaji saya belum turun. Maka wajarlah, jangankan mesra, kepala istri pastilah tengah berpikir bagaimana cara beli susu atau popok si kecil yang tengah habis.
Meski banyak juga perempuan-perempuan mayoritas yang memang lebih memikirkan dirinya sendiri, namun, saya pikir lirik lagu dangdut di atas adalah ego lelaki semata. Karena apa? Yang saya temukan sendiri dalam kehidupan sehari-hari, contoh sederhananya, untuk membuat kopi saja, Abang ipar saya, tiap datang main ke rumah, mesti harus menyuruh adiknya yang dia tidak tahu betapa capeknya bekerja atau melakukan pekerjaan rumah, akhirnya seringkali saya yang membuatkan karena tidak tega dengan istri saya yang sudah kelelahan.