Siang itu, Dita menjemput Lestari untuk pergi latihan ke sanggar. Tiba di depan rumah Lestari, pintu rumah tertutup rapat. Apa benar dia pergi, ya? Dita mendekat ke pintu dan mengetuknya beberapa kali. Tidak ada jawaban.
      "Tari!! Tari!!" panggil Dita sambil kembali mengetuk pintu. Tetap tidak ada yang menyahut.
      "Tari!! Tari!! Ini Dita!!" Lagi Dita memanggil lebih keras. Sepi, tidak terdengar apapun.
      Dita balik badan hendak pergi dari situ. Tiba-tiba terdengar, "Prraaaannnggg!!!" Bunyi benda jatuh dengan keras.
      "Ah ... dia di dalam," ucap Dita. Jadi Dita lewat samping rumah, menuju ke pintu belakang. Ya, jendela di belakang terbuka.
      Saat Dita melongok ke dalam, Lestari sedang merapikan barang dan makanan yang berserakan di lantai karena jatuh.
      "Hei ... aku panggil ga dengar, ya??" sapa Dita.
      Lestari menoleh pada Dita, lalu sibuk lagi membersihkan lantai. Dita membuka pintu dan masuk.
      "Aku bantu, yuk, biar cepat selesai. Jangan sampai terlambat latihan," kata Dita lagi.
      "Aku tidak ikut, Dit. Kamu pergi saja." Lestari membawa sisa makanan yang sudah dia bersihkan ke dapur.
      "Lihat, aku bawa apa?" Dita mengikuti Lestari.