"Ohh??" Dita memandang Lestari yang melangkah masuk ke rumahnya dengan menunduk.
       "Hmm ... aku harus bilang Bu Nina," ucap Dita sambil mengangguk-angguk.
       Dita berbalik arah tidak jadi pulang. Dia kembali ke sanggar menemui Bu Nina. Tepat, Bu Nina ada di depan sanggar hendak pulang.
       "Lho, Dita? Kok balik lagi? Ada apa?" tanya Bu Nina.
       "Maaf, Bu. Kalau saya bilang ibu jangan marah, ya?" Dita mendekati Bu Nina.
       "Memangnya kenapa Ibu harus marah?" Bu Nina sedikit heran dengan ucapan Dita.
       "Lestari katanya tidak bisa ikut menari lagi. Tadi itu latihan terakhir bisa ikut." Dita memandang Bu Nina.
       "Lestari? Kenapa? Dia paling semangat ingin ikut acara ini, Ibu lihat." Bu Nina makin heran.
      "Soalnya ... dia tidak punya sepatu, Bu. Dan, ibunya pasti tidak bisa membeli. Lestari sudah tidak punya ayah lagi. Jadi, ibunya tidak punya uang untuk membelikan sepatu. Lestari memang tidak bilang, tapi aku tahu, Bu." Dita bercerita sambil menunduk, sedikit takut.
      Bu Nina menarik napasnya. Dita ternyata teman yang baik. Dia ingin menolong Lestari rupanya.
      "Iya, Ibu mengerti." Bu Nina mengangguk.