Mohon tunggu...
Qurotul Ayun
Qurotul Ayun Mohon Tunggu... Editor - Editor dan Penulis Buku

Pekerja Teks Komersial sebagai penulis dan editor buku di sebuah penerbit mayor di Yogyakarta. IG dan Twitter @ayunqee

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Pasir

8 Juli 2019   16:26 Diperbarui: 8 Juli 2019   16:48 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: punkymoms.com

Tunggu! Sepertinya aku juga pernah mengalami percakapan ini. Ya, aku baru saja mengalaminya dalam mimpi. Bedanya, Romlah mengucapkan apa yang diucapkan oleh istriku dalam mimpi. Di mimpi itu, aku mengambil sabit dan cangkul usai menandaskan kopi, lalu berangkat ke sawah. Menjelang siang, tragedi mengerikan itu terjadi di depan mata kepalaku sendiri. Oh, tidak!!! Aku tak boleh membiarkan ini semua terjadi. Apakah mimpi semalam bukan sekadar mimpi?

Mendadak aku gemetar. Cangkir kopi di tangan kananku terjun bebas ke lantai. Prangg...!!! Bunyi pecahannya memecah hening pagi, mengagetkan istriku dan Romlah yang sibuk di dapur.

"Pak....." keduanya kompak memanggilku.

"Nggak apa-apa. Kopinya nggak sengaja tersenggol tanganku." Aku berusaha menangkan mereka dengan kebohongan.

Kopiku pagi ini tak jadi kutandaskan karena telanjur tumpah. Bagian ini beda dengan mimpiku. Dan mungkin... kenyataan selanjutnya juga akan berbeda. Aku harus bisa mengubah nasib!

Kupanggil bungsuku, "Rom... Romlah... reneo, Nduk."[3]

"Nggih, Pak." Ia meninggalkan pekerjaan di dapur.

"Hari ini kamu nggak usah main ke mana-mana. Di rumah saja. Pokoknya jangan ke mana-mana. Bapak nggak mau terjadi apa-apa sama kamu," kataku terus terang.

Ia mengangguk tanpa banyak tanya. Aku yakin ia mengerti dengan berbagai ancaman yang sering dialami keluarga kami belakangan ini.

"Tapi..., Pak...." Romlah menggantung kata-katanya sebelum ia kembali ke dapur.

Kuwakilkan pertanyaanku pada sorot mata yang menuntut penjelasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun