Diagnosis direferensial harus dibuat dengan eklampsia, meningitis, tumor otak, dan abses otak.
Pengobatan sama dengan diluar kehamilan dan sebaiknya ditangani oleh spesialis bedah saraf. Apabila penderita dapat mengatasi serangan perdarahan, maka pengobatannya tanpa pembedahan, jikalau perlu, dilakukan operasi pada hari ke 7 setelah perdarahan. Apabila perdarahan terjadi dalam kehamilan lanjut, sebaiknya kehamilan diakhiri dengan seksio sesarea primer, setelah itu diberi pengobatan neurologik. Pada perdarahan yang terjadi dalam masa persalinan, partusnya harus segera diselesaikan.
Yang masih menjadi pertentangan adalah mengenai penanggulangan obstetrik wanita yang dapat mengatasi serangan perdarahan. Ada yang menganjurkan abortus buatan dan apabila kehamilannya sudah cukup bulan, seksio sesarea. Sebaliknya ada pula yang bersifat konservatif. Abortus tidak dilakukan. Partus kala I dibiarkan karena kontraksi-kontraksi uterus tidak meningkatkan tekanan liquor serebrospinalis, akan tetapi kala II sebaiknya diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum. Seksio sesarea dilakukan hanya atas indikasi obstetrik.
Masalah lain yang harus dihadapi ialah apakah wanita yang pernah menderita perdarahan intrakranial boleh hamil lagi. Walaupun kehamilan agaknya tidak memperbesar kemungkinan berulangnya perdarahan dan tidak merupakan kontraindikasi mutlak, namun perlu disadari bahwa resiko selalu ada.
PERDARAHAN INTRAKRNIAL PADA NEONATUS
Perdarahan intrakranial pada neonatus (PIN) tidak jarang dijumpai. PIN mempunyai arti penting karena dapat menyebabkan kematian atau cacat jasmani dan mental.
Perdarahan Intrakrania ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu. Sebabnya Perdarahan Intrakranial banyak. Sering Perdarahan Intrakranial tak dikenal/dipikirkan karena gejala-gejalanya tidak khas.
Perdarahan Intrakranial meliputi
1. Perdarahan epidural,
2. Perdarahan subdural,
3. Perdarahan subaraknoid,