***
Sabtu sore, aku dan Zack bertemu. Zack bercerita tentang perjalanan bisnisnya. Di Airport Singapura ketika hendak ke Jakarta, Zack berkenalan dengan wirausaha Indonesia bernama Sabrina. Sabrina tersandung kopernya hingga roda kopernya rusak. Zack duduk di dekat tempat kejadian sehingga dapat menolong. Sabrina sedang mencari investor untuk bisnis hotelnya. Sungguh kebetulan!
"Dia yang kemarin meeting di resto Sumbawa. Aku mau kenalin ke kamu. Siapa tahu toiletries hotelnya bisa dari perusahaanmu," kata Zack.
"Eh, pas! Kemarin client Zook membatalkan pesanan,"Â kataku.
"Aku kasih nomor hp-nya, namanya Sabrina. Kamu atau Zook saja yang bertemu,"Â tukas Zack.
Hari Senin aku memberitahukan Zook tentang Sabrina. Singkat kata, Zook sendiri yang melakukan pendekatan dan berhasil! Sabrina berminat membeli produk dari perusahaan kami. Zook ingin merayakan momen kembalinya 'The Rain Maker.' Ia mengajakku dan Zack bersepeda di Kintamani pada akhir pekan untuk menikmati alam. Kami setuju dan singgah di Bali tiga hari dua malam.
Zook memang senang bersepeda. Bagi Zack, asalkan ke gunung ia tidak menolak. Sementara aku, seorang yang senang jalan-jalan ke tempat berpemandangan indah. Selain berolah raga, aku senang mengabadikan panorama melalui kamera.
Tibalah hari bersepeda. Udara Kintamani sangat sejuk dan bersih. Pemandangannya indah dengan gunung dan danau Batur. Perlu latihan fisik untuk bersepeda karena jalan yang dilalui banyak naik turun terjal masuk hutan, kebun, hingga berakhir di desa Panglipuran.
Sepanjang perjalanan dihiasi pejor janur setelah Galungan. Beruntung bisa berkunjung di momen ini. Setelah empat jam bersepeda kami kembali ke base camp. Aku melihat seorang perempuan berambut panjang sedang menunggu. Siapa dia? "Hai, Sabrina!"Â Zook menyapanya sambil memarkirkan sepeda. Â Zack ikut menyapa. Aku pun turut menyapa ia yang membuat Zook jadi 'The Rain Maker'.
Tiba-tiba, Zook berkata kalau dia hendak pergi bersama Sabrina.
"Sampai besok Senin di Jakarta. Zack jagain Zig!" kata Zook. Aku dan Zack saling tatap dan terkejut.
Di base camp turut menjual minuman kopi Kintamani. Untuk melepas lelah, aku dan Zack menjajal kopi di tempat ini. Aku juga membeli biji kopi untukku dan Riana. Kami berbincang tentang pekerjaan hingga mengenal Sabrina yang mendatangkan rejeki. "Mestakung, alias semesta mendukung!" kata Zack.
Angin sejuk membuatku mengantuk. Tak disangka, Zack membicarkan hal yang membuat kaget.
"Zig, kita sudah lama kenal. Sering aku bingung mengutarakan perasaanku ke kamu," kata Zack.
"Mungkin karena memang nggak ada rasa..." jawabku sambil melihat pemandangan.
"Ada. Aku sayang kamu.." kata Zack polos.
"Apa? Coba ulangi lagi,"Â seruku menantang sambil meliriknya.
"Aku sayang kamu,"Â kata Zack lagi. Ia memegang tanganku, akupun membalasnya dan tersenyum.
Di Jakarta, aku kembali bertemu Zook yang bersemangat di kantor. Aku ikut senang tapi Zook menatapku lain. Seolah-olah ia tahu sesuatu. Aku tidak menceritakan apapun tentang Zack.