Mohon tunggu...
Ayu Saptarika
Ayu Saptarika Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Novelis '3 ON 3', BusDev, Traveller, Instagram: @ayuliqui

For writing inquiries DM my Instagram @ayuliqui. Book sell at Kinokuniya Grand Indonesia. E-book '3 ON 3' at Lontara Apps.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Zig, Zack, Zook

25 Maret 2024   21:22 Diperbarui: 25 Maret 2024   21:27 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Vecteesi.com

Sore ini aku dan Zook janjian berlari di Gelora Bung Karno. Biasanya teman-teman kantor ikut bergabung. Sayang, ada rapat yang melelahkan. Hanya aku dan Zook yang berlari.
"Zig!" teriak Zook memanggilku dari jauh.
"Kok telat?" tanya Zook yang sudah mulai berlari. Waktu menunjukkan pukul 18.40.
"Hi, Zook! Maaf, meetingnya lama. Ada masalah produksi," kataku.

Aku menaruh barangku di mobil Zook. Hari ini Zook ada meeting dengan client di luar kantor sehingga tidak ikut meeting internal.  Perusahaan tempat kami bekerja menjual produk perawatan tubuh (toiletries). Konsumen kami adalah hotel dan griya perawatan terkemuka.

"Masalah apa sih?" tanya Zook.
"Biasa, menjelang Lebaran perlu tambah pasokan. Tapi ada bahan baku yang naik harga ," jelasku.
"Emang stok di gudang tidak cukup?" tanya Zook.
"Big Boss mau double revenue! Stok gudang harus habis dan produksi baru juga harus habis." jelasku.

Aku dan Zook mulai berlari. Target hari ini delapan kilo, selesai sebelum jam delapan malam. Zook adalah teman yang asyik. Ia orang yang optimis dan pandai berkomunikasi. Tak heran ia lihai sebagai Sales dan kerap mendapat predikat 'The Rain Maker'. Pecapaiannya membuat perusahaan 'hujan' penghasilan.

Selain berlari, Zook hobi bersepeda. Zook juga penggemar kopi. Jika diskusi di kantor terasa membosankan, kami 'pindah' ke kedai kopi sebelah kantor. Kami kerap bekerja satu tim, aku di Business Development dan Zook di bagian Sales.

Orang sering berkata jika lelaki dan perempuan itu mustahil bersahabat. Benarkah? Hal ini tidak berlaku untuk kami. Sedari kecil aku punya banyak teman lelaki. Zook kebalikan, ia punya banyak teman perempuan selain pacarnya juga banyak. Bagiku, Zook adalah rekan kerja dan olah raga. Urusan cinta, aku punya cerita yang lain.

Pukul 19.55 sesi berlari mencapai delapan kilometer. Aku pulang ikut mobil Zook sampai stasiun KRL Palmerah. Ia melanjutkan perjalanan ke Jakarta Barat dan aku naik kereta ke Serpong. Di dalam kereta aku mengecek ponsel, ada pesan teks dari Riana. Ia adalah sahabatku dari kantor lama. Riana lebih senior. Namun, ia orang yang berjiwa muda dan cerdas. Otakku seperti 'diguyur' hal positif dari wawasannya yang luas.  Jika jalan bersama, kami seperti kakak beradik.

Riana :
Zig, telepon aku. SOS it's about Zack!

Aku memberitahukannya jika sedang di jalan pulang. Kereta arah Serpong merupakan moda transportasi tanpa macet. Sekitar 30 menit aku akan sampai di rumah. Aku menyapa keluarga lantas membersihkan diri. Selanjutnya, aku menelepon Riana.

"Hi mbak Riana, ada apa?" tanyaku.
"Zig, tadi aku lihat Zack di resto Sumbawa. Kamu masih dekat sama dia?" ia penasaran.
"Dibilang dekat nggak. Dibilang jauh juga tidak karena kadang kita cari-carian. Ada apa?" tanyaku.
"Ah, kalian! Jadian aja kenapa sih? Tadi aku makan siang bersama teman. Aku lihat Zack keluar dari VIP Room resto Sumbawa. Pas keluar Zack digandeng perempuan,"
"Siapa dia?" tanyaku.
"Coba tanya Zack," usul Riana. Telepon berakhir.

Sebulan lebih aku tidak menghubungi Zack. Yang ku tahu, ia dinas ke luar negeri. Kapan pulangnya ia tidak bilang. Zack bekerja di perusahaan investasi global. Tugas Zack mencari ventura potensial di Asia Tenggara terutama properti.

Aku mengenalnya bertahun-tahun lalu di tempat bimbingan belajar SMA. Kami tidak satu sekolah. Saat bekerja, kami berjumpa lagi karena gedung kantor berdekatan. Zack adalah pria petualang yang senang naik gunung. Zack adalah pribadi yang disegani karena tegas dan cenderung pendiam. Lucunya, jika Zack bertemu teman yang sefrekuensi mulutnya tidak bisa diam!

Ku beranikan diri menyapa Zack melalui pesan teks. Tidak berharap ia membalasnya sekarang.

Zig:
Hi, Zack! Apa kabar? Sorry ganggu, kamu udah di Jakarta?

Terdengar nada pesan masuk. Zack membalas.

Zack:
Hi Zig! Kabar baik, aku di Jakarta. Sabtu bisa ketemuan? Aku banyak cerita..

Dasar Zack, kalau tidak ditanya duluan tidak berkabar. Terkadang aku kesal dengan perilakunya yang  'sok penting' laksana Super Star, seperti merk wafer! Giliran ada maunya, langsung minta bertemu. Aku mengiyakannya. Sekalian, aku pura-pura bodoh menanyakan informasi dari Riana.

Aku sampaikan ke Zack jika tadi siang melihatnya keluar dari restoran Sumbawa bersama seorang perempuan. Padahal, ini semua Riana yang melihat. Aku memancing dengan menulis: "Ciee, lagi deket sama siapa?" Pesan terkirim. Zack tidak membalas.

***

"Gawat! PT. Cantika Properti, pagi ini membatalkan pesanan!" kata Zook di pagi yang cerah namun wajahnya pucat.
"Aku perlu minta bantuan pak Rizal supaya transaksi ini jangan batal!" tukas Zook.

Zook mengetuk pintu ruangan Pak Rizal, Direktur Penjualan. Zook menjelaskan keadaan yang dihadapi. Mendengar Zook, ia menghubungi client. Beruntung, client bisa bertemu siang ini. Sore hari Zook dan Pak Rizal kembali ke kantor. Wajah keduanya kusut. Zook mengatakan bahwa client bertekad bulat membatalkan pesanan meski kena pinalti. Zook terdiam lemas di kubikelnya.

***

Sabtu sore, aku dan Zack bertemu. Zack bercerita tentang perjalanan bisnisnya. Di Airport Singapura ketika hendak ke Jakarta, Zack berkenalan dengan wirausaha Indonesia bernama Sabrina. Sabrina tersandung kopernya hingga roda kopernya rusak. Zack duduk di dekat tempat kejadian sehingga dapat menolong. Sabrina sedang mencari investor untuk bisnis hotelnya. Sungguh kebetulan!

"Dia yang kemarin meeting di resto Sumbawa. Aku mau kenalin ke kamu. Siapa tahu toiletries hotelnya bisa dari perusahaanmu," kata Zack.
"Eh, pas! Kemarin client Zook membatalkan pesanan," kataku.
"Aku kasih nomor hp-nya, namanya Sabrina. Kamu atau Zook saja yang bertemu," tukas Zack.

Hari Senin aku memberitahukan Zook tentang Sabrina. Singkat kata, Zook sendiri yang melakukan pendekatan dan berhasil! Sabrina berminat membeli produk dari perusahaan kami. Zook ingin merayakan momen kembalinya 'The Rain Maker.' Ia mengajakku dan Zack bersepeda di Kintamani pada akhir pekan untuk menikmati alam. Kami setuju dan singgah di Bali tiga hari dua malam.

Zook memang senang bersepeda. Bagi Zack, asalkan ke gunung ia tidak menolak. Sementara aku, seorang yang senang jalan-jalan ke tempat berpemandangan indah. Selain berolah raga, aku senang mengabadikan panorama melalui kamera.

Tibalah hari bersepeda. Udara Kintamani sangat sejuk dan bersih. Pemandangannya indah dengan gunung dan danau Batur. Perlu latihan fisik untuk bersepeda karena jalan yang dilalui banyak naik turun terjal masuk hutan, kebun, hingga berakhir di desa Panglipuran.

Sepanjang perjalanan dihiasi pejor janur setelah Galungan. Beruntung bisa berkunjung di momen ini. Setelah empat jam bersepeda kami kembali ke base camp. Aku melihat seorang perempuan berambut panjang sedang menunggu. Siapa dia? "Hai, Sabrina!" Zook menyapanya sambil memarkirkan sepeda.  Zack ikut menyapa. Aku pun turut menyapa ia yang membuat Zook jadi 'The Rain Maker'.

Tiba-tiba, Zook berkata kalau dia hendak pergi bersama Sabrina.
"Sampai besok Senin di Jakarta. Zack jagain Zig!" kata Zook. Aku dan Zack saling tatap dan terkejut.

Di base camp turut menjual minuman kopi Kintamani. Untuk melepas lelah, aku dan Zack menjajal kopi di tempat ini. Aku juga membeli biji kopi untukku dan Riana. Kami berbincang tentang pekerjaan hingga mengenal Sabrina yang mendatangkan rejeki. "Mestakung, alias semesta mendukung!" kata Zack.

Angin sejuk membuatku mengantuk. Tak disangka, Zack membicarkan hal yang membuat kaget.
"Zig, kita sudah lama kenal. Sering aku bingung mengutarakan perasaanku ke kamu," kata Zack.
"Mungkin karena memang nggak ada rasa..." jawabku sambil melihat pemandangan.
"Ada. Aku sayang kamu.." kata Zack polos.
"Apa? Coba ulangi lagi," seruku menantang sambil meliriknya.
"Aku sayang kamu," kata Zack lagi. Ia memegang tanganku, akupun membalasnya dan tersenyum.

Di Jakarta, aku kembali bertemu Zook yang bersemangat di kantor. Aku ikut senang tapi Zook menatapku lain. Seolah-olah ia tahu sesuatu. Aku tidak menceritakan apapun tentang Zack.

Pulang kantor, aku ke rumah Riana untuk mengantar oleh-oleh biji kopi. Kebetulan rumahnya dekat. Ketika sampai, Riana sedang kedatangan tamu. Seseorang yang berwajah familiar.

"Lho, kalian saling kenal?" kataku bingung.
"Iya Sabrina tetanggaku. Turut senang dengan hubungan kamu dan Zack!" kata Riana.
"Aku kan belum cerita... Tunggu, jangan-jangan kalian?? Oh!" kataku paham. Persekongkolan.
"I am the master mind, akhirnya kamu jadian sama Zack. Gemes lihat kalian!  Tentang orderan itu bonus. Nggak sangka bisnis Sabrina mencari produk perusahaanmu," kata Riana.
"Mestakung, semesta mendukung!" tambah Sabrina.

Aku memberikan oleh-oleh kopi Kintamani untuk Riana. Menelaah kembali apa yang terjadi belakangan ini antara aku dan Zack, sungguh di luar nalar! Namun, hatiku senang. Riana mengajak kami masuk ke dapur dimana terdapat mesin kopi. Ia langsung mencoba oleh-olehku. Aroma kopi Bali Kintamani menyeruak. "Tiga Ice Cappucino, cheers!"  

*TAMAT*

Keterangan :
Cerpen ini adalah karya Ayu Saptarika dan belum pernah diterbitkan di media manapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun