*
Seperti yang sudah kuduga, tinggal di desa sangatlah menyenangkan. Para penduduk bersikap ramah. Meski aku termasuk orang asing, mereka tetap bersikap hangat.
Setelah sarapan, aku pamit pada kakek untuk berjalan-jalan. Tentu bibi Molly ingin menemani, namun aku menolak dengan halus.Â
"Aku sudah berjanji pada ayah, tidak akan menyusahkan Kakek dan Bibi di sini. Dan lagi aku tidak akan bermain terlalu jauh. Janji!" aku mengangkat dua jari meyakinkan mereka.
"Pergilah dan jaga dirimu!" kata kakek kemudian sambil memasukkan sekotak permen ke saku bajuku.
Matahari bersinar lembut. Selain aku, cukup banyak yang ingin menikmati suasana di sepanjang tepi sungai. Seorang ibu baru saja lewati sambil mendorong kereta bayinya. Ada juga anak remaja berlari kecil dengan pakaian olahraga dan headset di telinganya. Satu-dua sepeda ikut melintas pelan ke arah jembatan gantung.
Sebenarnya, aku ingin melihat kuda yang banyak terdapat di Dreamtown. Aku ingin menyentuh bulu mereka. Biasanya pagi-pagi kuda-kuda itu dimandikan di pinggiran sungai. Tapi sepertinya hari ini aku belum beruntung.
Dari kejauhan, sekelompok anak seusiaku tampak memperhatikan. Saat kami semakin dekat, mereka menyapa dan mengajak bermain di lapangan.Â
"Mungkin tidak hari ini, Teman. Sepertinya aku ingin melihat-lihat pemandangan dulu," kataku menolak.
Mereka melambaikan tangan saat aku semakin jauh.
"Tunggu!" Seru sebuah suara. Seorang anak laki-laki terengah-engah. Tubuhnya kurus dan rambutnya dekil.Â