Laki-laki itu berhenti. Dia tak tahu harus berjalan ke mana lagi. Dia sudah lelah dan kehausan. Udara hangat dari laut sudah tidak dirasakannya. Dia sudah sangat jauh dari sana, dan mulai merasa kedinginan.Â
Tiba-tiba dia membesarkan matanya. Jika dia tidak salah lihat, di kejauhan sana ada bangunan-bangunan layaknya sebuah kota.Â
Dia memutuskan melanjutkan perjalanannya. Mungkin di kota dia bisa mendapatkan pertolongan, setidaknya jalan keluar dari sini.Â
Lama laki-laki itu berjalan dengan sisa tenaganya, namun kota yang dilihatnya justru tampak semakin jauh.Â
Seketika dia merindukan tawa ceria anak-anaknya, serta usapan tangan istrinya saat dia merasa lelah.Â
Laki-laki itu terduduk lesu, masygul, sekaligus ngeri. Dadanya kembali terasa sakit, menekan, tanpa kesudahan.
***
Kota Kayu, 23 November 2024
Cerpen Ika Ayra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H