*
"Anggap saja Abang dikirim untuk mengobati luka yang Zhean rasakan. Kita akan memulai hari yang baru," Bang Zulfan masih berusaha meyakinkanku. Lagi-lagi aku tak mampu berkata-kata.
"Musim bunga yang kemarin sudah berlalu. Hari ini, musim bunga datang dan membawa kebahagiaan yang baru. Zhean mengerti, kan?"
Aku mengangguk, dan setuju kami menikah bulan depan. Ibu turut merasa gembira dengan keputusanku itu.Â
Dengan linang air mata, ibu memeluk dan mendoakan agar aku mendapatkan kebahagiaan yang selama ini tertunda.
"Semoga pernikahanmu langgeng, ya Nak. Ibu turut gembira..." ibu memelukku sekali lagi.
Akhirnya pesta pernikahan pun digelar sesuai rencana. Kata ibu aku sangat cantik dengan gaun putih pilihan Bang Zulfan. Ibu mertuaku pun segera membenarkan. Tapi entah kenapa sisi hatiku yang lain tetap terasa perih.
Ternyata manusia terlalu lemah untuk menerima takdir hidupnya. Aku hanya bisa menangis dan tak dapat berbuat apa-apa saat enam bulan kemudian Bang Zulfan kembali kepada Sang Pencipta. Ternyata pernikahan kami hanya semusim bunga.Â
***
Kota Kayu, 20 April 2024
Cerpen Ika Ayra