Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Horor Artikel Utama

Hantu Sekolah Tua di Rensow

9 Oktober 2023   13:55 Diperbarui: 10 Oktober 2023   21:00 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The beauty of simplicity|krautkopf

Musim dingin membuat orang-orang lebih membeku di rumah mereka. Jadi kami memilih meninggalkan rumah untuk merasakan keajaiban musim dingin di Rensow. Kami yakin membutuhkan suasana pedesaan yang tenang. Dan tentu saja kami sudah merencanakan ini jauh hari.

Pemiliknya, Christina dan Knut, mengubah bangunan awal abad ke-19 itu menjadi rumah cantik yang istimewa. Keduanya membuat renovasi yang cermat. Ada banyak lapisan warna tua yang menarik untuk pencinta patina seperti kami.

Mereka merobek restorasi yang sudah tidak layak. Jendela plastik, laminasi, karpet terpasang, langit-langit tertutup, kertas dinding serpihan kayu dan ubin. Benar-benar hebat karena Alte Schule ini sangat cocok dengan selera kami. Konsep Wabi Sabi dengan estetika Jepang yang sangat mempesona. 

"Hati-hati dengan hantunya!" bisik Jorg di telingaku. Aku mencubit pinggangnya karena kebiasaannya menggodaku.

Wanita mungkin lebih menghindari genre horor dalam koleksi film dan novel mereka. Tetapi dengan suasana di sini, aku yakin hantu itu hanyalah bualan suamiku.

"Anda bisa menyiapkan makan siang di sebelah sana," kata Christina menunjuk ruang dapur. 

"Oven tradisional mungkin menjadi tantangan selama Anda memasak. Tetapi Anda bisa memanggil kami kapan saja untuk membantu." 

"Tentu saja, Nyonya. Perjalanan jauh dan cuaca dingin pasti membuat putri kami lebih lapar dari biasanya," kali ini Jorg menggoda Mary yang sibuk melihat-lihat.

"Baiklah. Anda mempunyai roti gulung sabit, sayuran akar, dan beberapa bumbu di sana. Selamat menikmati libur musim dingin yang menyenangkan!"

"Petualangan akan segera dimulai, rasanya sudah tidak sabar. Oya, aku ingin melihat kolam di belakang bangunan. Aku akan baik-baik saja," pamit Mary sambil melambaikan tangan. 

Ah, dia selalu meninggalkan tas sekolahnya, dan kali ini koper, untuk kami bereskan. Benar-benar manja.

"Ayo, Sayang!" Jorg mengajakku ke dapur dan memeriksa bahan apa saja yang ada di sana. 

"Hmm... Sup buncis dengan jamur, kurasa cocok. Bagaimana kalau kau menyiapkan kacang elder dan jus?"

Aku mengangguk setuju, lalu lebih dulu memeriksa oven tradisional yang dikatakan hos teladan itu. Posisinya melewati jendela besar yang membawa masuk cahaya dari langit. 

"Wow, lihat Jorg!" mataku menemukan ternak yang sangat lucu, tak jauh dari tempatku.

"Mary pasti senang bermain dengan domba-domba itu. Mungkin dia belum menemukannya."

"Kau benar, Sayang. Kita akan memberi makan domba-domba itu nanti," sahut Jorg sambil mengiris jamur tiram raja. Dia akan melapisinya dengan bawang merah cincang, bawang putih, dan sedikit minyak zaitun, seperti yang biasa. Aku mengerjakan bagianku. 

Rasanya menjadi begitu bersemangat. Terbayang suasana makan siang di meja sebelah sana. Kami akan memiliki kenangan yang tak terlupakan.

Ini adalah momen langka. Kami akan menggunakan piring, mangkuk, dan peralatan makan lainnya yang dipilih begitu kontras dengan dinding tongkol jagung dengan cat yang kusam. 

Dan menu yang kami buat sangat berbeda dari biasanya. Tetapi aku yakin Jorg dan Mary akan menghabiskan semuanya dengan lahap.

"Aku akan membantumu menyiapkan kayu bakar setelah selesai memotong wortel serta yang lainnya," kata suamiku. Aku membalasnya dengan memberikan senyum penuh cinta.

Terbiasa dengan pemanas air serta kompor listrik, tetapi kali ini kami harus sedikit bekerja keras. Bahkan untuk mencuci piring, kami harus memanaskan air dengan oven yang dibuat dari besi tuang. 

Sebenarnya batubara nampak berkilau saat Jorg memanggang sayuran ke dalamnya. Namun makanannya belum juga matang. Kami lalu menambahkan briket. Berhasil. Sayuran matang dan aromanya sangat mengundang selera.

*

Malam hari di Remsow, selalu terasa hangat dan akrab. Sekalipun waktu terasa lambat, kami benar-benar jatuh hati.

Berada di tempat yang asing, sekaligus merasa begitu menyatu dengan keindahan kesederhanaan yang disuguhkan. 

Sebenarnya beberapa ratus meter dari sini terdapat tempat pembusukan. Bangunan ini bisa saja lenyap tanpa bekas. Tetapi inilah mengapa kami sangat mengapresiasi orang-orang yang peduli dengan sejarah, mempertahankannya untuk sebuah nilai.

"Aku tidak menyangka papa benar soal hantu itu!" kata Mary tiba-tiba. Dia berbaring di sebelahku sementara Jorg pergi menyiapkan kayu bakar cadangan.

Aku menatap putri kami, persis saat dia masih kecil. Berusia lima tahun, dan bercerita tentang apa saja sebelum kami tidur.

"Tapi ini benar, Ma. Terkadang aku melihat anak lelaki seusiaku melintas lalu menghilang entah kemana. Dia sempat menatapku atau tersenyum. Tetapi saat aku bertanya siapa namanya, dia tidak pernah menjawab...."

Aku melihat ke langit-langit. Mungkin putri kami hanya berimajinasi. Saat seseorang berada jauh dari keramaian, sendirian, berbagai pikiran yang tersimpan dan tidak nyata, akan menjelma seperti sebuah kenyataan.

"Mama tahu, anak lelaki itu selalu menghindariku. Dan saat aku mengejarnya masuk ke rimbunan daun, bahkan sampai jauh ke dalam, aku tidak menemukan siapa-siapa. Tiba-tiba aku merasa berada dalam perangkap. Untunglah akhirnya aku bisa keluar dari sana!"

"Untunglah kau baik-baik saja, Sayang," aku mengecup keningnya untuk menghibur hatinya. Bukankah hantu itu tidak ada?

Tiba-tiba mataku menjadi mengantuk dan selimut lembut membawaku ke alam mimpi...

*

Aku melihat seorang gadis di sebuah sekolah, tengah duduk di ayunan sendirian. Teman-temannya mengajak bermain tetapi dia menolaknya. Akhirnya mereka meninggalkannya dengan lambaian tangan.

Aku mendekati gadis itu. Saat aku bertanya siapa namanya, dia mennjawab dengan suara pelan dan terus menatapku dengan bimbang.

"Tenang Felisa, aku bukan orang jahat. Aku tidak akan menyakitimu."

"Apakah Anda istri dari Tuan Zargawa?"

Aku menebak-nebak, siapa orang yang dia maksudkan? Kira-kira apa yang ingin disampaikan gadis ini?

"Apa dia memarahimu?"

Gadis itu menggeleng.

"Apa tuan Zargawa memberimu banyak sekali PR?"

"Sebenarnya aku tidak menyukainya."

"Oya?"

"Dia pernah mengurungku di ruang perpustakaan saat anak-anak yang lain belum datang."

"Mungkin dia hanya ingin mengobrol tentang sesuatu?"

"Lebih buruk dari itu, Nyonya. Dia menciumku!"

Aku terperanjat, tapi aku berusaha untuk tenang. 

"Kenapa kau tidak berpikir kalau dia merindukan putrinya? Mungkin mereka sudah lama tidak bertemu?"

"Nyonya, apakah kau bukan istri tuan Zargawa? Anak mereka laki-laki dan sudah lama meninggal!"

Gadis itu kemudian melompat turun dari ayunan dan berlari meninggalkanku.

*

"Sayang, kau bermimpi lagi?"

Kubuka mataku dan melihat suamiku. Wajahnya kelihatan mengantuk namun dia kelihatan cemas.

"Kau bermimpi tentang anak lelaki yang diceritakan putri kita?"

Aku menggeleng. Jorg sudah tahu?

"Mary salah paham. Dia putra bungsu Nyonya Christine yang senang memunculkan dirinya di hadapan tamu. Dia agak sedikit.... Percayalah, aku hanya bercanda soal hantu. Kau tidak benar-benar percaya, bukan?"

Sedikit tidak waras? 

"Bukan itu. Tapi Felisa. Dia sudah tiga kali masuk dalam mimpiku. Dia adalah gadis korban pelecehan dari gurunya. Mungkin Felisa adalah murid Alte Scule pada masa lampau."

"Baiklah. Besok kita bicarakan lagi. Sekarang kita tidur saja."

Jorg menyelimutiku, lalu kembali berbaring dan memejamkan matanya.

Aku menatapi dinding dengan detil cat beberapa dekade.

***

Koya Kayu, 9 Oktober 2023

Cerpen Ayra Amirah terinspirasi dari Krautkopf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun