Ah, dia selalu meninggalkan tas sekolahnya, dan kali ini koper, untuk kami bereskan. Benar-benar manja.
"Ayo, Sayang!" Jorg mengajakku ke dapur dan memeriksa bahan apa saja yang ada di sana.Â
"Hmm... Sup buncis dengan jamur, kurasa cocok. Bagaimana kalau kau menyiapkan kacang elder dan jus?"
Aku mengangguk setuju, lalu lebih dulu memeriksa oven tradisional yang dikatakan hos teladan itu. Posisinya melewati jendela besar yang membawa masuk cahaya dari langit.Â
"Wow, lihat Jorg!" mataku menemukan ternak yang sangat lucu, tak jauh dari tempatku.
"Mary pasti senang bermain dengan domba-domba itu. Mungkin dia belum menemukannya."
"Kau benar, Sayang. Kita akan memberi makan domba-domba itu nanti," sahut Jorg sambil mengiris jamur tiram raja. Dia akan melapisinya dengan bawang merah cincang, bawang putih, dan sedikit minyak zaitun, seperti yang biasa. Aku mengerjakan bagianku.Â
Rasanya menjadi begitu bersemangat. Terbayang suasana makan siang di meja sebelah sana. Kami akan memiliki kenangan yang tak terlupakan.
Ini adalah momen langka. Kami akan menggunakan piring, mangkuk, dan peralatan makan lainnya yang dipilih begitu kontras dengan dinding tongkol jagung dengan cat yang kusam.Â
Dan menu yang kami buat sangat berbeda dari biasanya. Tetapi aku yakin Jorg dan Mary akan menghabiskan semuanya dengan lahap.
"Aku akan membantumu menyiapkan kayu bakar setelah selesai memotong wortel serta yang lainnya," kata suamiku. Aku membalasnya dengan memberikan senyum penuh cinta.