"Kenapa Ibu sedih?"Â
Aku terperanjat, lalu menghapus air mataku dengan ujung jilbabku. Untuk pertama kalinya aku melihat laki-laki itu tersenyum. Â Â
*
Lima belas tahun telah berlalu.
Kabar terakhir yang kudengar, Zarra meneruskan kuliahnya di Surabaya dan tinggal bersama salah satu kakaknya yang bekerja di pemerintahan.
Sekali-sekali gadis itu melakukan panggilan video denganku, ataupun saling berbalas pesan singkat.Â
Kulitnya masih tetap coklat, tetapi dia semakin bertambah cantik. Tidak heran dia pernah membintangi produk komersil, namun Zarra memilih tidak memperpanjang kontraknya karena ingin fokus dengan skripsinya.
Tak sadar pipiku terasa basah dan hangat lagi. Aku benar-benar merindukan gadis itu. Dan dia juga masih mengingatku.
Lihat saja, di hadapanku sudah ada sebentuk tart cantik yang dia kirimkan dan siap dinikmati.
Selamat hari Kartini, tante Mila tersayang. Semoga selalu sehat dan bahagia.
Ah, Zarra memang tidak akan melupakan perayaan hari Kartini. Dan dia tahu betul alasannya.
Terima kasih atas ucapan dan doanya, Sayang. Semoga kita segera bertemu lagi.