Kira-kira sebulan kemudian, salah satu pelangganku mampir minum es, dan nyeletuk begitu saja saat Zarra kebetulan melintas.
"Kasihan anak ini. Sudah besar tapi kerjanya hanya bermain. Bapaknya tidak mengizinkan anaknya sekolah..."
Aku terperangah. "Memang kenapa, Bu, tidak diizinkan?"Â
Ibu tersebut lalu tersenyum. "Sebenarnya bukan tidak diizinkan. Dia sekolah, tapi baru dua minggu, tiba-tiba disuruh berhenti sama bapaknya!"
"Tapi kenapa?" aku penasaran.
"Bapaknya ada masalah dengan seseorang. Baru dia tahu, ternyata orang itu mengajar di sekolah anaknya..."
"Ya ampuuun.... Jadi bukan karena Zarra di-bully?"
"Bukaaaan...."
Begitulah.Â
Beberapa hari kemudian, aku lalu menemui bapak Zarra di rumahnya.Â
Jujur di dalam hati kecilku sangat menyayangkan jika tunas bangsa seperti Zarra, tumbuh besar tanpa mengenal baca tulis.