Sebuah tempat yang tidak terlalu menarik, tapi kita sudah sepakat mendatanginya hari ini.Â
Tanpa terlihat ragu sedikitpun, kamu (sepupuku) terus menerabas rumput liar yang tumbuh di antara pasir.Â
Tentu menyenangkan bisa melihat vegetasi cemara tanah (Lycopodium clavatum) tumbuh bertebaran. Ditambah lagi jenis kantong semar yang sedang berbunga.Â
Aku sempat mengira kamu baru saja menemukan peti harta karun. Wajahmu tiba-tiba sangat suka. Tentu saja, baru kali ini kamu melihatnya saat aku membawamu. Tapi aku sudah sering datang ke tempat ini.Â
"Lihat di sana!" aku menunjuk bangunan kayu di bawah bukit. Sebuah gubuk kecil untuk bapak beristirahat saat membersihkan kebun.
"Kak Mala masih tinggal di sana?" Aku mengangguk sebagai jawaban. Wajahmu berubah.
Kak Mala adalah kakak kami. Dari lima bersaudara, aku anak keempat.Â
Warga di tempat kami tinggal menganggap Kak Mala sudah gila karena calon suaminya meninggal dua hari menjelang pernikahan mereka.Â
Kak Mala stres dan depresi. Ini tidak sama dengan gila.
"Pohon apa itu, bunganya pink?" katamu membuyarkan.