Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karena Kopi Saja?

31 Januari 2022   07:28 Diperbarui: 31 Januari 2022   07:34 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Karena Kopi saja?|foto: thespruceeats.com

Maya memutar ingatan. Tentang hari terakhirnya menjadi istri Adrian.

Ia menarik gelas dari rak kecil di atas meja dapur. Kesal. Adrian terbangun persis saat kedua anaknya sedang ia buatkan sarapan. Seceplok telur ayam kampung, roti bakar tanpa irisan tomat apalagi selada. Cuma sedikit lelehan mayones pedas kesukaan mereka.

Lelaki itu berdiri di belakang punggung istrinya. Daster katun bercorak bunga yang dipakainya, tersentuh begitu saja. Menghantarkan ilusi tentang pelukan pagi hari. 

Maya kemudian sadar, kepalanya banyak dipenuhi khayalan. Mereka tidak melakukan apa-apa semalam. Mana mungkin sisa kemesraan itu menjerembab ke hatinya.

"Kenapa harus begitu lama membuat segelas kopi, May?" suara ketus Adrian mencampakkan ketersadarannya ke dunia nyata. Tersinggung.

"Apa maksud, Ayah?" Maya berusaha membela diri. 

Sudah sering, selama pernikahan mereka. Bahkan buku kenangan itu menulisnya dengan lengkap.

Adrian tak suka kopi yang terlalu panas. Maya sudah diberitahu saat mereka baru saja menjadi suami istri. Ia ingin lima belas persen adalah air dingin biasa.

Adrian juga tak suka kopi yang terlalu dingin. Saat istrinya membangunkan Adrian untuk bekerja, lelaki itu biasanya kembali tidur saat Maya keluar kamar. 

Saat kelima kalinya Maya datang, kopi itu pernah menjadi terlalu dingin dan menjengkelkan untuk diminum. Tapi Maya jauh lebih kesal karena harus memanaskan lagi, dan tidak boleh mencapai titik didih!

Masih ada lagi. Adrian tak suka kopi yang encer. Bikin sakit kepala. Harus dua sendok penuh dan gula satu sendok untuk gelas tanpa tangkai di rumah mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun