*
"Hai Sayang..." sapanya dengan senyum ceria saat kami melakukan VC.
"Bagaimana Tübingen, masih tetap hangat?"
"Tidak, Sayang," jawabku lesu.Â
"Aku tahu, salju sudah beberapa lama menimbulkan pemandangan cantik di sana, kan?" tanya Sukma, masih terdengar nyinyir.
Selain melarangku datang ke rumah orang tuanya, Sukma juga hanya bersedia dihubungi di saat weekend. Sepertinya ia ingin tahu, apakah di hari libur kantor aku akan bersenang-senang dengan Jane.
Sebagai suami, perlakuan seperti ini membuatku merasa sangat terhukum. Walau sebenarnya tak ada hal apapun yang sudah kulakukan untuk menyakiti hatinya. Tapi orang yang cemburu, tak akan mempercayai perkataan dari pasangannya, bukan?
"Aku ada kabar baik. Apa kau mau dengar?"Â
Ah, aku sampai lupa. Seraut wajah itu masih di sana menatapku. "Tentu," sambutku.Â
"Ibu sudah sembuh, seperti sedia kala..."
"Oo... syukurlah. Aku senang mendengarnya, Sayang."