Sesaat wanita itu terdiam. Kemudian bertanya dengan mimik serius. "Tapi untuk apa, Mas mencintaiku??"
"Sebab kau pantas dicintai," sambut Prakasa cepat.
"Aku merasa amat beruntung, Sayang, bertemu wanita secantik dirimu. Kau wanita secantik berlian, berkilau dan berharga. Siapa pun sangat ingin memilikinya..."
Denik terlalu bahagia mendengar pujian itu. Jiwanya seakan terbang melambung ke angkasa raya. Ia tak dapat persis membedakan antara langit dan bumi. Keduanya terlalu jauh untuk disentuh saat ini.
Bohong, jika wanita tak ingin dipuji orang yang dicintainya, bukan?Â
Setelah bersusah payah merias diri dan menjaga berat badan, ia pantas mendapatkan perhatian dan cinta tulus dari sang kekasih.
Sepasang aliran bening menuruni pipi wanita itu. Matanya yang basah, masih menatap ke arah pigura besar di dinding kamar. Momen saat pria itu berlutut melamarnya.
Denik merasa terpukul.Â
Terlalu konyol jika ia dilamar tapi tak kunjung dinikahi. Sementara bukti cintanya sudah ia berikan pada pria itu. Kehangatan demi kehangatan yang penuh gelora. Hanya Prakasa yang beruntung mendapatkannya.
(bersambung)
Kisah sebelumnya Wanita di Balik Jabatan