Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bayi Kucing yang Memilih Mati

10 Oktober 2021   11:35 Diperbarui: 10 Oktober 2021   11:36 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bayi kucing yang memilih mati|foto: thehappycatsite.com

*

Sudah lebih seminggu, induk kucing yang dipanggil abuk-abuk itu menyusui bayinya di keranjang. Mereka tidur berdua layaknya ibu dan anak yang saling menyayangi. Nyonya rumah merasa senang dan lega.

Begitulah, para hewan hanya mempunyai insting untuk merasakan adanya ancaman atau kasih sayang. Mereka sulit membedakan benar dan salah. 

Di akhir minggu kedua, bayi kucing itu mulai menunjukkan suara imutnya. Lucu sekali. Ia juga berusaha memanjat keluar keranjangnya, berusaha menemukan ketiadaan sang induk.

Dengan telaten, nyonya rumah mengganti keranjangnya dengan bak cucian yang tidak terpakai. Diberikannya kain-kain bekas yang bersih. 

Ia senang melihat si Belang mulai tumbuh besar. Kelak pasti anabul ini tampak cantik menggemaskan. Lihat saja ketiga kakinya, seperti memakai kaus kaki putih saja.

Sayang, pikiran tersebut hanya sebuah bayangan di kepalanya. Sebulan kemudian, bayi kucing yang malang itu ditinggalkan oleh induknya. Lagi-lagi kucing abuk-abuk mendapat cambukkan sapu lidi. Tuan Edi mengusirnya karena ia terlihat tidak berguna.

Nyonya rumah merasa sedih. Baru saja di pagi harinya ia memberikan ikan segar pada induk kucing. 

Lihatlah, sekarang si Belang terus menerus menjerit memanggil sang induk. Bukan lagi dengan suara yang imut, tapi dengan jeritan serak menyayat hati.

"Berikan saja susu dengan bantuan dot khusus untuk bayi kucing," saran tuan Edi kepada istrinya.

Ya benar, ia pernah melihatnya di pet shop saat membeli pakan kucing. Tapi, apakah ini menyelesaikan masalah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun