"Masak sih Bik, ngga ada kolam ikan di halaman belakang, dekat pohon beringin?"
Bik Inah menggeleng kuat-kuat.
"Aku udah tiga kali loh, Bik, mimpi makhluk menyeramkan keluar dari kolam ikan. Dan di sana, ada papan kecil tanda larangan memberi makan ikan di kolam. Apa coba, maksudnya?"
Bik Inah mengelus pundak Celia. Pandangan matanya lembut, berusaha menenangkan hati Celia.
"Neng Lia kan nonton film sampai ketiduran. Pasti terbawa mimpi. Itu tadi Bibik yang matiin pelem nya..."
Celia melihat kaset-kaset CD yang berhambur di depan layar home theaternya.
Benar juga, pikir Celia. Entah sampai kapan ia akan jadi penakut seperti ini.
"Ya sudah atuh Neng. Bibik keluar dulu..."
Tanpa menunggu jawaban, Bik Inah berlalu. Ia merasa lega, masih kuat memendam rahasia tentang kolam ikan dimaksud.Â
Cukup dirinya yang tahu, bahwa nyonya rumah ini dulu tewas dibunuh oleh suaminya. Mayatnya dikubur dalam kolam ikan. Lalu ditutupi tanah uruk puluhan ret, tanpa ada yang tahu.Â
Hanya Bik Inah, pembantu mereka yang menjadi saksi, sebelum rumah ini akhirnya dijual.Â