*
Dua bulan sudah Celia menempati rumah besarnya. Bila merasa sepi, ia mengundang temannya untuk makan, nonton, sampai bermalam juga di sana. Terakhir, persis seminggu yang lalu.Â
Sebenarnya kalau dipikir-pikir, apa sih yang harus ditakuti? Dan rasanya para hantu tak akan tega menggoda gadis secantik dirinya. Yang ada juga terkagum-kagum seperti Roy!
Hehe... Celia tersenyum sendiri merasakan kekonyolannya.Â
Dari balkon, ia beranjak menuruni tangga ke ruang tengah. Melangkah ringan di atas lantai putih, lalu membuka pintu kaca yang menghubungkan dengan bagian samping.
Hwoaaa... ternyata ada halaman berumput yang tak terawat!
Benar kata bik Inah, ia harus memanggil penduduk sekitar untuk membantunya memotong rumput.
Rupanya ada pohon besar juga di sebelah sana. Sepertinya dari jenis pohon beringin. Celia berjalan mendekati, lalu memungut buah yang banyak berjatuhan di atas tanah.
Buah ara. Celia suka memainkannya saat masih kecil. Tapi kata warga kampung, pohon beringin disukai oleh orang halus. Sebab suasananya dingin dan teduh.
Tapi sudahlah. Gadis itu terus menyusuri alur yang tampak sudah lama tak diinjak.Â
"Kemanakah arahnya?" bisiknya penasaran.