Celia meneguk minumannya. Tidak ada gunanya menyimpan dendam. Toh, Roy sudah hadir menggantikan Anjas. Bukan hanya untuk menyembuhkan lukanya, tapi untuk memberikannya kehidupan lebih bahagia.
Coba kalau dia mendengarkan tetangga. Celia tak boleh keluar malam, dan harus membantu ibunya dagang pecel di pasar. Bahkan kalimat sakti yang diucapkan ibunya, masih ia hafal sampai sekarang.
 "Apa kata tetangga nanti, Nak, kalau tahu kau kerja di tempat seperti itu??"
Aneh! Memang ada yang salah, dengan tempat kerjanya?
Pijat dan spa adalah tempat mereka yang ingin memanjakan diri dan mendapatkan perawatan tubuhnya dengan cara tradisional. Pelanggannya pria dan wanita dari berbagai kalangan. Dengan kata lain siapa saja bisa datang. Sangat terbuka dan tempatnya sangat nyaman. Tak ada "plus-plus"nya!
Celia meremas rambutnya. Macam-macam saja tanggapan orang kalau iri. Terserahlah, kalau ibunya tak setuju dan tak ingin menemaninya. Dia bisa tinggal berdua saja dengan Bik Inah.
"Hai, bengong aja?" Vira memergoki sahabatnya bete lagi. Celia tersenyum.
"Nyokap ngga mau nemenin gue tinggal di sini... Kan rumah ini besar banget! Bisa mati berdiri deh kalau malam-malam hujan deras..."
"Yeeyyy... itu dipikirin. Entar gua dah yang nemenin elu!"
"Seriusan??"
"Lah, iyaa...!"