Tapi satu hal yang tak nyambung. Meski kau tergila-gila minum cokelat panas, kau tak pernah suka memilih pakaian berwarna coklat. Kau bilang itu menghilangkan spirit. Kau ingin selalu ceria. Itu akan memanjangkan umurmu seribu tahun lagi. Begitu katamu.
Betapa unik kau di mataku, sayang. Dan aku suka dengan gadis sepertimu. Aku tak pernah menyesal mencintaimu. Bahkan bila saat ini kau sudah meninggalkanku.
Via sayang,Â
Apa kau ingat pesanku saat itu? Jangan terlalu banyak teori. Jangan dihantui oleh ketakutan. Hiduplah sewajarnya. Hiduplah seadanya seperti angin.
Dia akan bertiup semilir. Dia akan bermain di ujung-ujung daun, bercumbuan dengan ombak, merebahkan dirinya di kaki lembah.
Atau seperti malam yang selalu datang tepat waktu. Bahkan saat hujan badai sekalipun.
Hmm..., kau adalah gadis jenaka sekaligus keras kepala.Â
Suatu kali aku bertanya, mengapa kau mau menjadi kekasihku?Â
Jawabanmu sungguh tak lucu. Kau bilang karena aku tinggi dan kuat. Aku bisa menggendongmu saat kita terjebak banjir di jalan.
Ah, siapa juga yang mau menggendong seorang gadis di tengah ramai orang-orang? Aku takut viral! Ini bukan kisah romantis pasangan Romie and Juliet.
Oya, ada yang lucu. Bila kita lapar dan mampir di kedai bakso kesukaanmu, kau tak bisa memesan secangkir cokelat panas. Minuman yang mungkin sudah menggantikan darah ditubuhmu, saking seringnya kau menikmati.