Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Tetanggaku

1 Juni 2021   12:00 Diperbarui: 1 Juni 2021   12:06 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: purnamasenja.files.wordpress.com

Akhirnya aku memutuskan menunggu di mobil. Sambil mendengarkan lagu dari ponsel, sepertinya asyik juga.

Tapi sesosok lelaki bertubuh kurus menyita perhatianku. Sepertinya aku mengenalnya. Oya, kalau tidak salah itu Adul, kan? Maksudku tentu saja Pak Adul. Ternyata benar, cerita ibu dan orang-orang.

Sebenarnya Mak Luna dan Adul, eh, Pak Adul juga perantau seperti kedua orang tuaku. Dulunya Pak Adul bekerja di perusahaan kayu dan mempunyai jabatan lumayan. Ia dan istrinya akhirnya membeli rumah sederhana dekat rumah ibu. Yaa kurang lebih seratus meter, kira-kira. Kami pun jadi tetangga.

Sayang tak lama kemudian perusahaan tempat Pak Adul bekerja gulung tikar. Pada zaman krisis moneter, waktu itu, dan aku masih SMP. 

Mak Luna kemudian membuka usaha warteg. Ia beruntung, dan memang tepat memilih jenis usaha yang langka di daerah tempat tinggalku.

Hanya dalam hitungan kurang dari lima tahun, usahanya maju pesat sampai bisa merenovasi rumahnya menjadi dua lantai cukup mewah. Anaknya pun kesana-kemari dengan motor kebanggaan seharga puluhan juta. Sementara Pak Adul setia menjadi ojek pangkalan, kala itu. Oya, saat itu jauh dari zaman ojek online seperti sekarang yaa.

Menurut kabar burung, Mak Luna kian hari kian merasa bangga atas pencapaiannya. Suaminya diharuskan mencari uang sendiri dan dilarang membantu di warteg. Sudah ada lima pelayan, mau apa lagi? kilahnya.

Selain makin cantik dengan penampilan khas OKB, Mak Luna juga makin sombong. Yang dulunya cukup ramah dengan pelanggan (ya meski menurutku ramah yang dibuat-buat), sekarang cukup somse!

Menurut gosip yang beredar, Mak Luna akhirnya kepincut dengan sosok anak muda pengangguran. Ganteng sih, baik hati lagi. Eh.

Singkat cerita, Adul diceraikan dan dibuang keluar rumah. Karena tak mempunyai sanak keluarga di sini, akhirnya ia menggelandang mengharap uluran tangan. Kasihan sekali. Segera aku memutuskan untuk turun dari mobil dan menghampiri.

Aku melihat mata tuanya berbinar, saat merasakan lipatan uang berpindah ke tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun