Aku melihat anak-anak ibarat sebuah bibit. Ia harus dirawat agar tumbuh subur dan baik. Jangan sampai anak-anak melihat contoh-contoh yang kurang baik atau kekerasan, sebab akan berdampak pada mereka nantinya.
"Saya dengar dari suamimu, anak-anakmu rangking satu setiap menerima raport?"
Aku mengangguk.Â
"Selama pandemi dan anak-anak sekolah secara daring, kualitas pendidikan di Indonesia, kecerdasan, jauh menurun."
Aku agak terkaget. Tentang hal ini aku baru mengetahuinya. Pak Luke sangat mengikuti perkembangan.
"Banyak orang tua kesulitan mendampingi anaknya belajar. Anak-anak belajar di rumah, sudah malas bertanya pada guru. Beda di sekolah kan?"
Aku mengangguk-angguk, teringat anak tengahku pernah bertanya pada gurunya tentang soal yang tidak dia pahami. Ia bertanya tanpa sepengetahuanku, seharusnya memberitahu aku ibunya terlebih dulu.
Benar saja, pertanyaan itu tidak mendapat jawaban. Sudah terlihat karakter guru ini dari awal. Pendidik yang tidak loyal. Nyatanya tak ada jawaban yang diberikan.
"Saya katakan pada suamimu, anakmu itu itu harus dirawat dan dididik sebaik mungkin, seteliti mungkin, karena mereka perempuan," nasihat seorang tua itu lagi.
"Untung anak saya dua-duanya laki-laki," ia tersenyum kecil.
"Kalau saya, tidak berani punya anak perempuan satu, lebih baik menjaga seribu kerbau. Benar kata pepatah itu," Pak Luke meyakinkanku lagi.