"Pak Dani, tolong pulang sekarang ya," tukas suara di seberang.
"Tapi, ada apa Pak?" lelaki itu setengah kaget bercampur bingung.
"Ada yang penting, terjadi di rumah. Saya tunggu sekarang, ya!" telepon dimatikan.
Beruntung ini hari jumat, Bank tak terlalu ramai karena jam pelayanan singkat. Pak Yos terpaksa berjaga sendirian.
Di sepanjang jalan, pikiran lelaki itu tak karuan. Apakah si penipu itu sedang di rumahnya membuat ribut-ribut?
Bulan kemarin, entah bagaimana awalnya, lelaki itu terlibat tawaran bisnis dari teman SMA-nya dulu. Ujung-ujungnya ia malah diperas dan diancam. Jangan-jangan Fatimah sudah meminta bantuan tetangga, karena si Gila itu mengobrak-abrik rumah.
Tiba-tiba lelaki itu merutuki dirinya. Ia merasa pantas dihukum. Ia suami pecundang, tak tau berterima kasih.Â
Bukankah Fatimah sudah rela mengorbankan hidupnya demi sebuah rumah tangga bersama dirinya?Â
Atau....Â
Tiba-tiba lelaki itu teringat perkataan Fatimah sebelum ia berangkat kerja. Apakah ada sesuatu yang menimpa istrinya? Apakah arus listrik mesin cuci yang konsleting sudah menghilangkan nyawa Fatimah?Â
Semakin tak sabar ia ingin lekas sampai di rumah.